AGEN BANDAR KARTU ONLINE TERBESAR SEASIA, www.Zoya99.com

Tuesday, November 28, 2017

Cewek Seksi Si Penjual Nasi

Zoya69 - Sebelumnya aku perkenalkan diri, namaku Gugun (samaran), 21 tahun, tinggi 171 cm, berat yang ideal. Aku tergolong cowok yang cakep dan banyak sekali yang naksir aku, tapi yah.. gimana ya! aku punya penis yang cukup besar untuk bisa bikin cewek klepek-klepek dan tidak tahan untuk beberapa kali orgasme.

Kepala batang kemaluan yang besar dan ditumbuhi rambut yang cukup rapi, rata dan tidak gondrong karena nanti bisa mengganggu cewek untuk “karaoke”. Aku mempunyai daya sex yang tinggi sekali. Aku bisa melakukan onani sampai 3 – 4 kali. Hobiku nonton bokep, sehingga aku cukup mahir dalam gaya-gaya yang bisa buat cewek kelaparan sex. Setelah nonton film bokep aku tidak lupa untuk onani.

Kisah ini berawal dari membeli nasi kuning di pagi hari. Seperti biasa tiap pagi perutku tidak bisa diajak kompromi untuk berunding tentang masalah makan, langsung saja setelah merapikan diri (belum mandi nih) langsung mencari makanan untuk mengganjal perut yang “ngomel” ini. Setelah beberapa lama putar-putar dengan motor, aku ketemu dengan seorang cewek yang menjual nasi kuning yang laris sekali.

Setelah kuparkir di samping tempat jualannya itu, lalu aku ngantri untuk mendapat giliran nasi kuning. Aku kagum sekali dengan penjual nasi kuning ini. Kuketahui namanya Ratih, umurnya kira-kira 25 tahun dan dia memiliki wajah yang natural sekali dan cantik, apalagi dia kelihatan baru mandi kelihatan dari rambut yang belum kering penuh. Dia tingginya 165 cm dan berat yang ideal (langsing dan seksi) dengan rambut yang pendek sebahu. Dia memiliki susu yang cukupan (34), cukup bisa untuk dikulum dan dijilat kok!

Waktu itu Ratih memakai kaos oblong yang agak longgar dan celana batik komprang. Aku mengambil posisi di sampingnya, tepatnya di tempat pengambilan bungkus nasi kuning yang letaknya agak ke bawah. Dari posisi itu aku dengan leluasa melihat bentuk susu Ratih yang dibungkus kaos dan BH, walaupun tidak begitu besar aku suka sekali dengan susunya yang masih tegak dan padat berisi.


AGEN BANDAR KARTU ONLINE TERBESAR SEASIA

Sesekali aku membayangkan kalau memegang susu Ratih dari belakang dan meremas-remas serta sesekali memelintir-lintir puting susunya dengan erangan nafsu yang binal, wouw, asik tenan dan ee.. penisku kok jadi tegang! Saat Ratih mengambil bungkusan nasi kuning di depanku, aku bisa melihat dengan jelas susu Ratih yang terbungkus BH, putih, mulus dan tegak, nek! Aku semakin menegakkan posisi berdiriku untuk lebih bisa leluasa melihat susu Ratih yang mulus itu. Weoe.. ini baru susu perawan yang kucari, padet dan putih serta masih tegak lagi.. Ya.. andaikan..! kata hati berharap besar untuk mencoba vagina dan susu untuk dijilati, pasti dia suka dan menggeliat deh.

Setelah beberapa menit kemudian, pembeli sudah tidak ada lagi tinggal aku sebagai pembeli yang terakhir.

“Mau beli nasi kuning, Mas?” sapanya mengambil bungkus nasi di depanku, aku tidak langsung jawab karena asik sekali melihat susu Ratih menggelantung itu.
“E.. Mas jadi beli nggak sih..” Sapa Ratih agak ketus.
“Oh.. ya Mbak, 1 saja ya.. sambel tambah deh..” sambil gelagapan kubalas sapaan Ratih.

Aku yakin tadi si Ratih mengetahui tingkah lakuku yang memandangi terus dadanya yang aduhai itu, oleh karena itu aku sengaja tanya-tanya apa saja yang bisa buat dia lupa dengan kejadian yang tadi. Dari hasil pembicaraan itu kami saling mengenal satu sama yang lain walaupun sebatas nama dan sekitarnya. Ratih ini anak kedua dari tiga bersaudara, dia tidak kuliah lagi karena tuntutan orangtuanya untuk membantu berjualan nasi kuning saja. Aku berniat untuk membantu Ratih untuk beres-beres dagangannya, karena aku tahu bahwa aku adalah pembeli terakhir dan nasi kuning sudah habis terjual.


“E.. boleh nggak kalau Gugun bantuin beres-beres barangnya?” rayuku.
“Jangan! ngerepotin saja,” sambil malu-malu Ratih berkata.
“Nggak kok, boleh ya..” rayuku.

Sampai beberapa menit aku merayu agar bisa membantu Ratih untuk beres-beres dagangannya, akhirnya aku bisa juga. Memang sih, barang-barang untuk jualan nasi kuning tidak begitu banyak, jadi hanya perlu satu kali jalan saja. Aku membawa barang yang berat dan Ratih yang ringan. Setelah sesampai di rumahnya,

“Mas, diletakkan di atas meja saja, sebentar ya.. aku ke kamar mandi sebentar, kalau mau makan nasi kuningnya ambil sendok di dapur sendiri ya..” kata Ratih dengan melanjutkan langkahnya ke kamar mandi.

Setelah beberapa menit aku duduk-duduk dan mengamati rumahnya, aku terasa lapar sekali dan berniat untuk mengambil sendok di dapur yang letaknya tidak begitu jauh dari kamar mandi Ratih. Sesampainya di dapur, terdengar Ratih suara pintu dari kamar mandi, eh ternyata Ratih barusan saja masuk ke kamar mandi dan kesempatan ini aku tidak sia-siakan saja.

Aku berjalan pelan-pelan ke depan pintu kamar mandi itu dan jongkok di depan lubang pintu kamar mandi sehingga bisa melihat apa yang ada di dalam sana walaupun memang agak sempit sih. Wow.. wow.. aku melihat Ratih yang masih berpakaian lengkap dan mulai dia meletakkan handuknya di tempat samping pintu kamar mandi, lalu pelan-pelan dia melepas kaos longgarnya dan terlihatlah susunya yang putih bersih tanpa cacat yang masih terbungkus dengan BH. .

Dan perlahan-lahan dia melepaskan tali pengikat celana batik yang dipakainya dan menurunkan pelan-pelan dan ah.. terlihat pinggul yang oke sekali putih, dan paha dan betis yang ideal tenan dengan memakai CD yang tengah bawahnya menggelembung seperti bakpaw. Itu pasti vaginanya. Ah.. ayo cepetan buka dong, hati yang tidak sabaran ingin tau sekali isi CD itu.

Dan akhirnya dia melepaskan ikatan BH dan.. berbandullah susu Ratih yang merangsang batang kemaluanku untuk tegang (puting yang coklat kemerahan yang cukup besar untuk dipelintir deh.. ah) dan sialnya, Ratih meletakkan BH-nya pas di lubang pintu sehingga pandanganku terhalang dengan BH Ratih. Ya.. asem tenan, masak susunya udah ditutup, aku kecewa sekali dan aku kembali duduk di teras sambil makan nasi kuning sambil menutup pintu depan rumah Ratih.

Dan beberapa menit kemudian, Ratih keluar dari kamar mandi, Ee.. dia pakai handuk yang dililitkan ke badannya. Handuk yang amat-amat mini sekali deh, panjangnya di dekat pangkal paha, oh.. indah sekali. Dia hanya pakai BH dan CD di dalam handuk, karena terlihat di pantatnya yang padat itu terawah CD-nya dan tali BH yang ada di bahunya.

“Ee.. Mas Gugun kenapa kok bengong?”
“Oo.. e.. o.. tidak.. kok ini pedas,” sambil melanjutkan makannya.
“Ya.. ambil saja minum di belakang, aku mau ganti dulu,” saut Ratih sambil melangkah ke kamarnya yang letaknya di sampingku dan dia menutupnya tidak penuh.

2 menit kemudian,

“Mas Gugun bisa bantuin Ratih ambilin bedak di kamar mandi, nggak?”
“Ya.. sebentar!” aku langsung menuju ke kamar mandi dan mengambil bedak yang dia maksudkan.
“Ini bedaknya,” aku masih di luar pintu kamar Ratih.
“Masuk saja Mas tidak dikunci kok,” saut Ratih.

Setelah aku membuka pintu dan masuk ke kamar Ratih, terlihat Ratih sedang di depan seperti sambil duduk dan dia tetap pakai handuk yang dia pakai tadi sambil menyisir rambut basahnya itu, sambil mendekat.

“Ini Mbak bedaknya,” sambil menyodorkan bedak ke arah Ratih.
“E.. bisa minta bantuan nggak!” sambil membalikkan muka ke arahku.
“Apa tuh..”
“Bantuin aku untuk meratakan bedak di punggungku dong, aku kan tidak bisa meratakan sendiri,” kata Ratih menerangkan permintaannya.
“Apa? meratakan ke tubuh Mbak, apa tidak..” basa basiku.

Sebelum kata itu berakhir,

“Takut ketahuan ortuku ya.. atau orang lain, ortu lagi pergi dan kalau malu ya tutup saja pintu itu,” kata Ratih.

Aku melangkah ke arah pintu kamar Ratih dan menutup pintu itu dan tidak lupa aku menguncinya, setelah itu aku balik ke arah Mbak Ratih dan woow.. wowo.. wow.. woow.. dia sudah terkurap di atas ranjang dengan handuk yang tidak dililitkan lagi, hanya sebagai penutup bagian tubuh belakang saja. Dan aku menuju pinggir ranjang di samping Ratih.

“Udah, mulai meratakan saja, e.. yang rata lho..!” sambil menoleh ke belakang dan mengangkat kepalanya ke atas bantal.

Aku mulai dari punggung atas mulus Ratih, aku taburkan dulu bedak di sekeliling punggung atas Ratih dan meratakan dengan tanganku. Ayy.. mulus sekali ini punggung, batang kemaluanku mulai tegang tapi aku tahan jangan sampai ketahuan deh. Meratakan dari atas punggung, ke samping kiri dan kanan, aku sengaja sambil mengelus-elus lembut, punggung Ratih dan terdengar sayup-sayup nafas Ratih yang panjang. Aku mulai menurunkan tanganku untuk meratakan ke bagian punggung bagian tengah yang masih tertutup oleh handuk.

“Mas Gugun, kalau handuknya menghalangi ya.. di lepas saja,” kata Ratih sambil metutup matanya.
“Ya.. boleh,” hati berdebar ingin tahu apa yang ada di dalam sana.

Aku mulai menyingkap handuk dan ah.. wowowo terlihatlah punggung Ratih dan pantat yang tegak putih terlihat bebas, batang kemaluanku tambah tegang saja melihat pemandangan yang begitu indahnya, kulit Ratih memang sangat mulus tanpa cacat sama sekali. Aku mulai menaburkan bedak di atas punggung Ratih sampai di atas pantat Ratih yang masih tertutup oleh CD, setelah menaburkan bedak aku mulai meratakan dengan kedua tanganku ini.


Ah.. aku juga bisa menikmati tubuh Ratih yang belakang dengan meraba-raba dan mengelus-elus dengan lembut, aku sengaja tidak membuka kaitan BH-nya ya.. biar dia yang minta saja dibukakan. Sambil menyenggol-nyenggol kaitan BH Ratih agar Ratih merasa aku kehalangan dengan kaitan BH-nya itu dan..

“Mas, kaitan BH-nya dicopot saja biar bisa meratakan bedak dengan leluasa,” kata Ratih yang masih menutupkan matanya, mungkin agar bisa menikmati rabaan dan elusan tanganku ini.

Setelah kaitan BH aku buka dan BHnya masih tidak terlepas dari kedua tangan Ratih (hanya kaitan BH yang lepas) terlihat olehku tonjolan susu Ratih dari pinggir badannya yang mulus itu. Aku pelan-pelan melanjutkan meratan bedak lagi dan sedikit-sedikit turun ke samping badan Ratih yang dekat dengan tonjolan susu Ratih itu, dengan pelan-pelan aku meraba-raba dengan alasan meratakan bedak. Oh.. kental dan empuk, man! Saat itu juga Ratih menarik nafas panjang dan

“Sesstsst eh..” sambil menggigit bibir bawahnya.

Aku tahu kalau ia sudah terangsang dan aku teruskan untuk meraba dan meremas sedikit tonjolan susu Ratih yang ada di samping badannya itu walaupun puting susunya belum kelihatan, nafas dan erangan lembut masih terdengar walaupun Ratih berusaha menyembunyikannya dariku. Aku tidak mau cepat-cepat. Aku melanjutkan meratakan di pinggang Ratih, saat aku mengelus-elus di bagian kedua pinggangnya dia mengerang agak keras,

“Ssts seestt.. ah.. geli Mas jangan di situ ah.. geli yang lain saja,” kata Ratih sambil menutup mata dan menggigit bibir bawahnya yang seksi itu.

Aku mulai menaburkan bedak ke kedua kaki Ratih sampai telapak kakinya juga aku beri bedak, selangkangan Ratih masih tertutup rapat otomatis aku tidak bisa melihat ke bagian tonjolan vagina yang masih tertutup oleh CD itu. Aku harus bisa bagaimana cara untuk membuka selangkangan ini biar tidak kelihatan, aku sengaja ingin mencicipi vagina Ratih, akalku terus berputar.

Aku mulai meratakan dari pangkal paha Ratih, aku mengelus-elus dari atas dan ke bawah berulang kali sambil sedikit-sedikit berusaha melebarkan selangkangan Ratih yang masih rapat itu dan lama-lama berhasil juga aku melebarkan selangkangan Ratih dan terlihatlah CD Ratih yang sudah basah di bagian vaginanya dan Ratih sudah mulai terangsang berat, terlihat dari erangan yang makin lama makin keras saja.

Aku mulai mengelus-elus di bagian paha atas yang dekat dengan pantat Ratih masih terbungkus rapi CD-nya. Pelan-pelan aku menyentuhkan ibu jariku di bagian yang basah di CD Ratih sambil pura-pura meratakan bedak di bagian dekat pangkal paha. Tersentuh olehku bagian basah CD Ratih dan..

“Ah.. sstt stt.. ah.. eh.. sestt..” Ratih makin menggigit bibir bawah dan mengangkat pantatnya sedikit ke atas tapi dia diam saja tidak melarangku untuk melakukan itu semua.

Aku mulai memberanikan diri dan sekarang aku tidak segan-segan dengan sengaja memegang CD yang basah itu dengan ibu jariku. Aku terus memutar-mutarkan ibu jariku di permukaan vagina Ratih yang masih tertutup oleh CD-nya itu, aku tekan dan putar dan gesek-gesek dan makin lama makin cepat gesekan dan tekanan ibu jariku ini.

“Ah.. oh ye.. sstt ah.. terus.. jang.. an berhenti Sep.. oh.. ye..” Ratih mulai terangsang berat dan tidak segan-segan mengeluarkan erangan yang keras.
“Ya.. tekan yang keras.. Sep.. oh.. ye.. buka.. CD-nya Sep.. please..” permintaan Ratih yang masih menutup matanya, sengaja aku tidak mau membuka CD-nya biar dia tersiksa dengan rabaan dan elusan nikmat ibu jari di permukaan vaginanya yang masih tertutup oleh CD-nya itu.
“Ah.. Sep.. aku.. oh..” Ratih menggeliat dan pantatnya naik-turun tidak beraturan ke kanan dan ke kiri dan aku mengerti kalau ini tanda ia mau orgasme pertama kalinya dan sengaja aku berhenti dan..
“Mbak Ratih sekarang berbalik deh..” aku memotong orgasmenya dan dia berhenti menggeliat dan orgasmenya tertunda dengan perkataanku tadi dan sekarang dia berbalik, terlihat wajahnya mencerminkan kekecewaan yang sangat dalam atas tertundanya kenikmatan orgasme yang pertama kali untuk dia.

Setelah badan Ratih dibalikkan terlihat susu Ratih yang putih itu walaupun masih tertutup secara tidak sempurna oleh BH yang kaitannya sudah terlepas. Belahan susu Ratih terlihat sebagian permukaan susu terlihat tapi putingnya masih tersembunyi di BH. Dan CD yang sudah amat basah dan selangkangan Ratih sudah dilebarkannya sendiri sehingga bisa melihat CD yang amat basah itu.

Aku mulai menaburkan bedak di atas tubuh Ratih tapi sedikit sekali. Aku mulai meraba di bagian leher Ratih dengan masih menggigit bibir bawahnya dan mata tertutup rapat dan perlahan-lahan turun di dekat bongkahan dada yang aduhai itu dengan sedikit menyenggol-nyenggol BH-nya dan ternyata dia mengerti maksudku dan..

“Sep, lepas saja semua apa yang ada di tubuhku please, cepet Sep!” kata Ratih yang masih menutup mata yang tidak sabaran untuk bercinta denganku karena sudah terangsang berat sekali, apalagi tertundanya orgasme pertamanya.

Lalu aku pelan-pelan masukkan jari-jariku ke BH Ratih, dia semakin mengerang keenakan,

“Ssstss ah.. ye.. teruss..” kepal Ratih ke kanan dan ke kiri apalagi ketika aku memegang puting susunya dan aku segera membuka BH Ratih yang dari tadi tidak tahan rasanya aku mau lihat susu mulus Ratih.

Tuing.. tuing.. susu Ratih kelihatan jelas di depan wajahku, pelan-pelan aku mulai meraba sekeliling permukaan dada Ratih.

“Ah.. ya.. Sep.. tengahnya Sep.. Sep.. ya.. oh.. te.. rus..” Ratih memohon sambil menggigit bibir bawah Ratih, aku langsung menjilat ujung puting Ratih dengan ujung lidahku dengan sangat pelan-pelan sekali.
“Ah.. scrut..” aku mencoba rasa puting Ratih, aku putar-putar ujung lidahku di atas puting Ratih dan di belahan susunya, dia menggeliat sambil mengangkat menurunkan dadanya sehingga menempel penuh di wajahku.

Kuremas dan tekan susu Ratih dengan kedua tanganku, lalu aku pelan-pelan turun ke pusar dengan tetap ujung lidahku bermain di atas perut Ratih.

“Ah.. sstt ah.. oh.. ye.. terus Sep.. ke bawah i.. ya..” aku rasa Ratih sudah tidak sabar lagi, tangan Ratih mulai memegang batang kemaluanku yang masih di dalam celana, dia meremas-remas dan mengelus-elus.

Tangan kananku meraba CD Ratih dan aku berusaha membuka CD-nya dan Ratih membantuku dengan mengangkat pantatnya dan wow.. wow.. vaginanya basah sekali akibat rangsanganku tadi. Vagina Ratih dengan bibir yang tipis dan di pinggir vagina tidak ada rambut tapi di atas vaginanya tumbuh rambut yang tipis rapi dengan bentuk segitiga yang pernah kulihat di BF. Aku langsung memainkan klitoris vagina Ratih dengan ibu jariku.

“Ah.. oh.. ya.. sstt terus.. cepat dong.. oh.. ya..” sambil mengangkat pantat dan menggerakkan pinggulnya ke kanan dan ke kiri.

Aku mulai memasukkan jari telunjuk ke dalam lubang vaginanya, dan aku terus mengocok lubang itu dengan pelan-pelan dan lama kelamaan kocokanku percepat dan tangan satunya memperlebar bibir vagina Ratih dan lidahku memainkan k;itorisnya.

“Ah.. ya.. ye.. terus.. jangan.. ber.. henti.. da.. lam..” katanya sambil patah-patah, dan 3 menit kemudian gerakannya semakin liar mengangkat pantat dan meremas keras-keras batang kemaluanku, aku mempercepat kocokan jariku di vaginanya.
“Ah.. Sep.. aku.. tidak ta.. han.. ce.. petin.. ah.. sstt.. a.. ku kelu..” dia mengejang, beberaoa detik lamanya dan..
“Cur.. cur..” keluarlah cairan kental putih kenikmatan dari vagina Ratih dan dia lemas di ranjang akibat orgasme yang hebat.

Aku lalu menarik jariku dari dalam lubang vagina Ratih dan menempel cairan kental itu, aku lalu berdiri di samping ranjang dan melepas seluruh pakaianku kecuali CD-ku. Sambil berdiri di samping ranjang Ratih, aku melihat batang kemaluanku sudah berdiri dan sedikit-sedikit aku mengocok-ngocok batang kemaluanku dari luar CD agar tetap dalam keadaan ready. Lalu aku duduk di samping Ratih yang masih tergeletak lemas dengan meremas-remas susunya dan melintir-lintir putingnya agar dia terangsang lagi dan tangan satunya mengocok-ngocok pelan batang kemaluanku.

“Mbak Ratih hebat deh..” sambil membisikkan dekat di telinganya.
“Ah.. nggak.. kocokan kamu yang membuat aku terbang,” Ratih terbangun dari kelemasannya.
“Itu masih tanganku, gimana kalau batang kemaluanku yang mengaduk-aduk vagina Mbak?” sautku sambil tetap melintir-lintir puting susu Ratih.
“Sstt ah.. boleh.. cepet ya.. aku tidak tahan nih.. ah.. ye,” kata Ratih sambil menahan rangsangan pelintiran puting dari tanganku.

Lalu aku melebarkan selakanganku di depan Ratih dan pelan-pelan Ratih mengelus-elus dan mengocok dari luar CD dan dia tidak sabaran langsung dicopot CD-ku dan tuing.. tuing.. batang kemaluanku “ngeper” dan berdiri tegak di depan muka Ratih.

“Wow.. batang kemaluan kamu besar sekali.. kamu rawat ya..” kata Ratih sambil mengocok pelan-pelan batang kemaluanku.
“Iya.. Mbak biar tetap ready untuk Mbak Ratih,” kataku sambil tetap melintir puting susu Ratih yang menggelantung karena dia dalam posisi nungging.

Ratih langsung memasukkan batang kemaluanku ke mulutnya, dia kulum batang kemaluanku dan jilati sampai rata,

“Ah.. ya.. sstt ah..” erangku sambil meremas-remas susu Ratih, tidak hanya batang kemaluanku yang ditelan oleh Ratih, kedua “telur”-ku pun dilahapnya,
“Plok.. plok..” bunyi sedotan mulut Ratih di kedua “telur”-ku dan dilepas dan mulai mengocok-ngocok batang kemaluanku dengan mulutnya lagi.

Jilatan, gigitan dan sedotan mulut Ratih memang membuatku terbang,

“Ah.. kamu memang hebat, ah.. ses.. ah.. ye..” pujiku ke Ratih yang terus mengocok batang kemaluanku dengan mulut binalnya itu.

5 menit bermain dengan mulut Ratih, batang kemaluanku sudah tidak sabaran menerobos masuk vagina Ratih yang merah merekah itu. Lalu aku berbaring terlentang di ranjang Ratih dan Ratih duduk di atas badanku, ternyata Ratih mengerti apa mauku, dia langsung memegang batang kemaluanku dan didekatkan ke vaginanya.

Ratih tidak langsung memasukan batang kemaluanku ke vaginanya tapi digesek-gesekkan dahulu di permukaan vaginanya dan selanjutnya..

“Bless.. sleep!” masuklah batang kemaluanku ke vagina Ratih yang sudah penuh dengan lendir kenikmatan Ratih.

Ratih mulai menaikkan pinggul dan menurunkannya kembali dengan pelan-pelan,

“Aah.. batang kemaluanmu mantep.. Sep.. ah.. ye.. dorong.. Sep yang dalam.. ya!” erang Ratih sambil berpegangan dengan dadaku.
“Oph.. ya.. vagina kamu top.. Ning.. goyang.. te.. rus.. oh.. ye..” kata-kataku patah-patah karena kenikmatan tiada tara dari dinding vagina Ratih yang meremas-remas batang kemaluanku, dan sambil meremas-remas susu Ratih yang “ngeper” naik turun akibat goyangannya.

Lama kelamaan goyangan Ratih semakin cepat dan binal,

“Ah.. ye.. kon.. tol.. kamu.. do.. rong.. Sep.. sstt ah.. ye.. oh.. ye..” erang Ratih yang sudah tidak karuan goyangannya.

Lalu aku pun mengimbangi goyangan Ratih, aku pegang pinggulnya dan aku mengocok dengan cepat vagina Ratih dengan batang kemaluanku dari bawah.

“Plek.. plek.. plek.. plek..” suara benturan pantat mulus Ratih dengan permukaan pinggulku.
“Oh.. ya.. goyangan.. hebat..” kataku sambil mempercepat kocokan batang kemaluanku di vagina Ratih dan sepuluh menit kemudian tubuh Ratih menggeliat dan mulai menegang, Ratih sedang dalam ambang orgasme yang kedua.
“Ah.. Sep.. aku.. ti.. tidak.. tah.. aku.. sstt ah.. ya.. ke.. luar.. ah..” kata Ratih sambil menempelkan badannya ke badanku dan dia semakin mempercepat gerakan pinggulnya untukmengocok batang kemaluanku dan aku membantunya dengan mengangkat sedikit pantatnya dan mengocok dengan kecepatan penuh.
“Ah.. aku.. tidak kuat.. lagi Sep.. aku mau.. ke.. luar.. ah.. sesstt.. ah..” dan akhirnya,
“Ser.. ser..” terasa semprotan cairan hangat di ujung batang kemaluanku yang masih di dalam vagina Ratih, tubuh Ratih lemas dan aku belum orgasme dan aku ingin menuntaskannya.
“Mbak aku belum keluar, tuh batang kemaluannya masih berdiri, bantuin ya.. keluarin spermanya!” aku bisikkan di telinga Ratih yang masih lemas itu.
“Kamu memang kuat sekali Sep.. masak kamu belum keluar juga,” kata Ratih bangkit dari lemasnya sambil mengocok pelan-pelan batang kemaluanku yang masih tegang dari tadi.
“Ya.. sedikit lagi nih.. nanggung kalau dibiarkan, entar bisa pusing,” sambil meremas-remas susu Ratih.
“Ya.. udah gimana lagi nih.. vaginaku masih kuat kok menahan kocokan batang kemaluanmu yang nakal itu,” sambil melepaskan kocokan tangannya di batang kemaluanku aku menyuruh Ratih untuk nungging

dan terlihatlah dengan jelas lubang dan vagina Ratih yang amat basah dan merahitu. Aku mulai mencium pantat Ratih yang semok itu, aku raba-raba di sekitar lubang anusnya dan aku jilati lubang anus Ratih, ternyata dia mengerang keasyikan dan tanganku menggesek-gesek vagina Ratih dan memasukan jari ke vaginanya.

“Aah.. stt sstt ya.. Sep.. dimasukkan saja.. a.. aku tidak.. sabar.. manna kontolmu.. ma.. sukin cepat!” Ratih tidak sabar sekali dengan kocokan batang kemaluanku.

Aku mengarahkan batang kemaluanku ke vagina Ratih dan aku memperlebar selangkangan Ratih agar lebih leluasa untuk kocokan batang kemaluanku dan sedikit tekanan,

“Bleess.. slleep..” batang kemaluanku langsung masuk ke lubang kenikmatan Ratih dengan diiringi dengan erangan Ratih menerima batang kemaluanku masuk.
“Ah.. ye.. goyang.. Sep.. sstt..” Aku langsung mengocok vagina Ratih dengan tempo yang sedang.
“Auggh.. hem.. ye.. te.. rus.. cepat.. ah.. hm..” Ratih pun ikut menggoyangkan pantatnya maju-mundur untuk mengimbangi kocokan batang kemaluanku, lalu aku tidak sabaran dan mempercepat kocokan batang kemaluanku.
“Ya.. ya.. ya.. te.. rus.. ah.. ya.. da.. lam.. Sep.. aku.. ke.. luar..” Ratih menggeliat tanda dia mau orgasme yang ketiga kalinya.
“Ta.. han.. Ning.. aku juga.. mau.. ye.. ah.. ke.. luar..” aku makin mempercepat dengan memegang pinggul Ratih.

Beberapa menit, aku terasa mencapai puncak, terasa spermaku kumpul di ujung batang kemaluan dan mau aku semprotkan.

“Ya.. kit.. a.. ba.. reng.. ya.. aku.. ke.. luar.. ya..” aku tidak kuat lagi menahan desakan sperma yang sudah penuh dan..
“Sa.. tu.. Du.. a.. Ti.. g.. crot.. crott ser.. ser..”aku menyemprotkan spermaku di dalam vagina Ratih sampai lima semprotan dan Ratih jatuh lemas tidak berdaya di atas ranjangnya, aku sedikit mengocok batang kemaluanku dan masih keluar sperma sisa di dalamnya.
“Makasih ya.. Mbak Ratih, vagina kamu cengkramannya bagus kok,” bisikku di telingnya.
“Ah.. kamu bisa saja.. batang kemaluan kamu juga kocokannya hebat.. kapan-kapan aku mau lagi,” saut Ratih sambil meraba-raba dadaku.

Dan kami tidur bareng saat itu dengan tubuh yang telanjang tanpa apa-apa. Sampai beberapa jam kemudian aku terbangun dari tidurku, dan aku bangun dari tidurku dan melihat Mbak Ratih tidak ada di sampingku dan aku keluar dari kamar Ratih sambil membawa pakaianku dan aku masih telanjang. Ternyata Ratih mandi dan aku sengaja menunggunya di ruang depan sambil mengocok-ngocok batang kemaluanku agar tegang lagi. Dan beberapa menit Ratih keluar dan mendekatiku,

“Lho.. kok tidak dipake bajunya, tuh.. batang kemaluan kamu berdiri lagi,” dan Ratih duduk di sebelahku dengan pakai belitan handuk saja.
“Ya.. Mbak aku mau pulang udah siang nih.. tapi Mbak..” kataku.
“Apa lagi he..” sambil mengelus-elus pipiku.
“Keluarin lagi dong, tidak usah dimasukin ya.. oral deh..” rayuku.
“Ya.. udah.. kamu tenang saja ya..”

Ratih langsung jongkok di selakanganku dan melepas handuknya dan dia sekarang bugil. Langsung dia kulum dan jilati dengan buas sekali, hampir aku tidak tahan menerima perlakuan sepeti ini tapi aku berusaha menahan kocokan mulut binal Ratih, dan sampailah beberapa menit aku tidak tahan lagi atas perlakuan Ratih dan..

“Croot.. croot..” semburan spermaku ke wajah, susu dan rambut Ratih.
“Ah.. ya.. terima kasih ya.. Mbak..” lalu aku memakai bajuku dan..
“Ya.. kembali, kalau ada waktu datang ya..” kata Ratih sambil membersihkan semprotan spermaku di tubuhnya dengan handuk mandinya.

Lalu aku pamitan untuk pulang. Dan hubungan kami tetap baik, hampir tiap hari aku beli nasi kuning Mbak Ratih, kalau memang di rumah sepi aku dan Mbak Ratih nge-sex terus, tapi kalau ada orangtuanya mungkin hanya batang kemaluanku di kocok sama tangannya saja. Ya.. gerak cepat tapi puas. Tapi sudah beberapa bulan ini Mbak Ratih tidak jualan lagi sehingga nge-sex sama Mbak Ratih jadi terganggu.

Aku harap ada Mbak mbak yang lain yang lebih binal.


Tuesday, November 21, 2017

ML Sama Tante Ratih Saat Hujan

Zoya69 -  Namaku Didit. Aku lahir di satu keluarga pegawai perkebunan yang memiliki lima orang anak yang semua laki-laki. Yang tertua adalah aku. Dan ini menjadi akar masalah pada kehidupan remajaku. Jarang bergaul dengan perempuan selain ibuku, akupun jadi canggung kalau berdekatan dengan perempuan. Maklumlah di sekolahku umumnya juga cowok semua, jarang perempuan.

Selain itu aku merasa rendahdiri dengan penampilan diriku di hadapan perempuan. Aku tinggi kurus dan hitam, jauh dari ciri-ciri pemuda ganteng. Wajahku jelek dengan tulang rahang bersegi. Karena tampangku yang mirip keling, teman-temanku memanggil aku Pele, karena aku suka main sepakbola.


AGEN BANDAR KARTU ONLINE TERPERCAYA
www.Zoya99.com

Tapi sekalipun aku jelek dan hitam, otakku cukup encer. Pelajaran ilmu pasti dan fisika tidak terlalu sulit bagiku. Dan juga aku jagoan di lapangan sepakbola. Posisiku adalah kiri luar. Jika bola sudah tiba di kakiku penonton akan bersorak-sorai karena itu berarti bola sudah sukar direbut dan tak akan ada yang berani nekad main keras karena kalau sampai beradu tulang kering, biasanya merekalah yang jatuh meringkuk kesakitan sementara aku tidak merasa apa-apa. Dan kalau sudah demikian lawan akan menarik kekuatan ke sekitar kotak penalti membuat pertahanan berlapis, agar gawang mereka jangan sampai bobol oleh tembakanku atau umpan yang kusodorkan. Hanya itulah yang bisa kubanggakan, tak ada yang lain.

Tampang jelek muka bersegi, tinggi kurus dan hitam ini sangat mengganggu aku, karena aku sebenarnya ingin sekali punya pacar. Bukan pacar sembarang pacar, tetapi pacar yang cantik dan seksi, yang mau diremas-remas, dicipoki dan dipeluk-peluk, bahkan kalau bisa lebih jauh lagi dari itu. Dan ini masalahnya. Kotaku itu adalah kota yang masih kolot, apalagi di lingkungan tempat aku tinggal. Pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang sedikit mencolok menjadi sorotan tajam masyarakat. Dan jadi bahan gunjingan ibu-ibu antar tetangga.

Oh ya mungkin ada yang bertanya mengapa kok soal punya pacar atau tidak punya pacar saja begitu penting. Ya itulah. Rahasianya aku ini punya nafsu syahwat besar sekali. Entahlah, barangkali aku ini seorang *********. Melihat ayam atau ****** main saja, aku bisa tegang. Setiap pagi penisku keras seperti kayu sehingga harus dikocok sampai muncrat dulu baru berkurang kerasnya. Dan kalau muncrat bukan main banyaknya yang keluar. Mungkin karena ukuranku yang lebih panjang dari ukuran rata-rata. Dan saban melihat perempuan cantik syahwatku naik ke kepala. Apalagi kalau kelihatan paha. Aku bisa tak mampu berpikir apa-apa lagi kalau gadis dan perempuan cantik itu lewat di depanku. Senjataku langsung tegang kalau melihat dia berjalan berlenggak-lenggok dengan panggul yang berayun ke kiri dan ke kanan. Ngaceng abis kayak siap berlaga.

Dia? Ya dia. Maksudku Lala dan ….. Tante Ratih.

Lala adalah murid salahsatu SMU di kotaku. Kecantikannya jadi buah bibir para cowok lanang seantero kota. Dia tinggal dalam jarak beberapa rumah dari rumahku, jadi tetanggaku juga. Aku sebenarnya ingin sekali seandainya Lala jadi pacarku, tapi mana bisa. Cowok-cowok keren termasuk anak-anak penggede pada ngantri ngapelin dia, mencoba menjadikannya pacar. Hampir semua bawa mobil, kadang mobil dinas bapaknya, mana mampu aku bersaing dengan mereka. Terkadang kami berpapasan kalau ada kegiatan RK atau kendurian, tetapi aku tak berani menyapa, dia juga tampaknya tidak tertarik hendak berteguran dengan aku yang muka saja bersegi dan hitam pula. Ya pantaslah, karena cantik dan dikejar-kejar banyak pemuda, bahkan orang berumur juga, dia jadi sombong, mentang-mentang. Atau barangkali itu hanya alasanku saja. Yang benar adalah, aku memang takut sama perempuan cantik. Berdekatan dengan mereka aku gugup, mulutku terkatup gagu dan nafasku sesak. Itu Lala.

Dan ada satu lagi perempuan yang juga membuat aku gelisah jika berada di dekatnya. Tante Ratih. Tante Ratih tinggal persis di sebelah rumahku. Suaminya pemasok yang mendatangkan beberapa bahan kebutuhan perkebunan kelapa sawit. Karena itu dia sering bepergian. Kadang ke Jakarta, Medan dan ke Singapura. Belum lama mereka menjadi tetangga kami. Entahlah orang dari daerah mana suaminya ini. Tapi aku tahu Tante Ratih dari Bandung, dan dia ini wuahh mak … sungguh-sungguh audzubile cantiknya. Wajah cakep. Putih. Bodinya juga bagus, dengan panggul berisi, paha kokoh, meqi tebal dan pinggang ramping. Payudaranya juga indah kenceng serasi dengan bentuk badannya. Pernah di acara pentas terbuka di kampungku kala tujuhbelas agustusan dia menyumbangkan peragaan tari jaipongan. Wah aku betul-betul terpesona.

Dan Tante Ratih ini teman ibuku. Walau umur mereka berselisih barangkali 15 tahun, tapi mereka itu cocok satu sama lain. Kalau bergunjing bisa berjam-jam, maklum saja dia tidak punya anak dan seperti ibuku tidak bekerja, hanya ibu rumahtangga saja. Terkadang ibuku datang ke rumahnya, terkadang dia datang ke rumahku.


Dan satu kebiasaan yang kulihat pada Tante Ratih ini, dia suka duduk di sofa dengan menaikkan sebelah atau kedua kakinya di lengan sofa. Satu kali aku baru pulang dari latihan sepakbola, saat membuka pintu kudapati Tante Ratih lagi bergunjing dengan ibuku. Rupanya dia tidak mengira aku akan masuk, dan cepat-cepat menurunkan sebelah kakinya dari sandaran lengan sofa, tapi aku sudah sempat melihat celah kangkangan kedua pahanya yang putih padat dan celana dalam merah jambu yang membalut ketat meqinya yang bagus cembung. Aku mereguk ludah, kontolku kontak berdiri. Tanpa bicara apapun aku terus ke belakang. Dan sejak itu pemandangan sekilas itu selalu menjadi obsesiku. Setiap melihat Tante Ratih, aku ingat kangkangan paha dan meqi tebal dalam pagutan ketat celana dalamnya.

Oh ya mengenai Tante Ratih yang tak punya anak. Saya mendengar ini terkadang jadi keluh-kesahnya pada ibuku. Aku tak tahu benar mengapa dia dan suaminya tak punya anak, dan entah apa yang dikatakan ibuku mengenai hal itu untuk menghibur dia.

Apalagi? Oh ya, ini yang paling penting yang menjadi asal-muasal cerita. Kalau bukan karena ini barangkali takkan ada cerita hehehhehe …. Tante Ratih ini, dia takut sekali sama setan, tapi anehnya suka nonton film setan di televisi hehehe …. Terkadang dia nonton di rumah kami kalau suaminya lagi ke kota lain untuk urusan bisnesnya. Pulangnya dia takut, lalu ibuku menyuruh aku mengantarnya sampai ke pintu rumahnya.

Dan inilah permulaan cerita.

Pada suatu hari tetangga sebelah kanan rumah Tante Ratih dan suaminya (kami di sebelah kiri) meninggal. Perempuan tua ini pernah bertengkar dengan Tante Ratih karena urusan sepele. Kalau tidak salah karena soal ayam masuk rumah. Sampai si perempuan meninggal karena penyakit bengek, mereka tidak berteguran.

Tetangga itu sudah tiga hari dikubur tak jauh di belakang rumahnya, sewaktu suami Tante Ratih, Om Hendra berangkat ke Singapur untuk urusan bisnes pasokannya. Sepanjang hari setelah suaminya berangkat Tante Ratih uring-uringan sama ibuku di rumahku. Dia takut sekali karena sewaktu masih hidup tetangga itu mengatakan kepada banyak orang bahwa sampai di kuburpun dia tidak akan pernah berbaikan dengan Tante Ratih.

Lanjutannya ketika aku pulang dari latihan sepakbola, ibu memanggilku. Katanya Tante Ratih takut tidur sendirian di rumahnya karena suaminya lagi pergi. Dan pembantunya sudah dua minggu dia berhentikan karena kedapatan mencuri. Sebab itu dia menyuruhku tidur di ruang tamu di sofa Tante Ratih. Mula-mula aku keberatan dan bertanya mengapa bukan salah seorang dari adik-adikku. Kukatakan aku mesti sekolah besok pagi. Yang sebenarnya seperti sudah saya katakan sebelumnya, saya selalu gugup dan tidak tenteram kalau berdekatan dengan Tante Ratih (tapi tentu saja ini tak kukatakan pada ibuku). Kata ibuku adik-adikku yang masih kecil tidak akan membantu membuat Tante Ratih tenteram, lagi pula adik-adikku itupun takut jangan-jangan didatangi arwah tetangga yang sudah mati itu hehehehe.

Lalu malamnya aku pergi ke rumah Tante Ratih lewat pintu belakang. Tante Ratih tampaknya gembira aku datang. Dia mengenakan daster tipis yang membalut ketat badannya yang sintal padat.

“Mari makan malam Dit”, ajaknya membuka tudung makanan yang sudah terhidang di meja.

“Saya sudah makan, Tante,” kataku, tapi Tante Ratih memaksa sehingga akupun makan juga.

“Didit, kamu kok pendiam sekali? Berlainan betul dengan adik-adik dan ibumu”, kata Tante Ratih selagi dia menyendok nasi ke piring.

Aku sulit mencari jawaban karena sebenarnya aku tidak pendiam. Aku tak banyak bicara hanya kalau dekat Tante Ratih saja, atau Lala atau perempuan cantik lainnya. Karena gugup.

“Tapi Tante suka orang pendiam”, sambungnya.

Kami makan tanpa banyak bicara, habis itu kami nonton televisi acara panggung musik pop. Kulihat Tante Ratih berlaku hati-hati agar jangan sampai secara tak sadar menaikkan kakinya ke sofa atau ke lengan sofa. Selesai acara musik kami lanjutkan mengikuti warta berita lalu filem yang sama sekali tidak menarik. Karena itu Tante Ratih mematikan televisi dan mengajak aku berbincang menanyakan sekolahku, kegiatanku sehari-hari dan apakah aku sudah punya pacar atau belum. Aku menjawab singkat-singkat saja seperti orang blo’on. Kelihatannya dia memang ingin mengajak aku terus bercakap-cakap karena takut pergi tidur sendirian ke kamarnya. Namun karena melihat aku menguap, Tante Ratih pergi ke kamar dan kembali membawa bantal, selimut dan sarung. Di rumah aku biasanya memang tidur hanya memakai sarung karena penisku sering tidak mau kompromi. Tertahan celana dalam saja bisa menyebabkan aku merasa tidak enak bahkan kesakitan. Tante Ratih sudah masuk ke kamarnya dan aku baru menanggalkan baju sehingga hanya tinggal singlet dan meloloskan celana blujins dan celana dalamku menggantinya dengan sarung ketika hujan disertai angin kencang terdengar di luar. Aku membaringkan diri di sofa dan menutupi diri dengan selimut wol tebal itu ketika suara angin dan hujan ditingkah gemuruh guntur dan petir sabung menyabung. Angin juga semakin kencang dan hujan makin deras sehingga rumah itu seperti bergoyang. Dan tiba-tiba listrik mati sehingga semua gelap gulita.

Kudengar suara Tante memanggil di pintu kamarnya.

“Ya, Tante?”

“Tolong temani Tante mencari senter”.

“Dimana Tante?”, aku mendekat meraba-raba dalam gelap ke arah dia.

“Barangkali di laci di dapur. Tante mau ke sana.” Tante baru saja menghabiskan kalimatnya saat tanganku menyentuh tubuhnya yang empuk. Ternyata persis dadanya. Cepat kutarik tanganku.

“Saya kira kita tidak memerlukan senter Tante. Bukankah kita sudah mau tidur? Saya sudah mengantuk sekali.”

“Tante takut tidur dalam gelap Dit”.

“Gimana kalau saya temani Tante supaya tidak takut?”, aku sendiri terkejut dengan kata-kata yang keluar dari mulutku, mungkin karena sudah mengantuk sangat. Tante Ratih diam beberapa saat.

“Di kamar tidur Tante?”, tanyanya.

“Ya saya tidur di bawah”, kataku. “di karpet di lantai.” Seluruh lantai rumahnya memang ditutupi karpet tebal.

“Di tempat tidur Tante saja sekalian asal ….. “

Aku terkesiap. “A … asal apa Tante?”

“Asal kamu jangan bilang sama teman-temanmu, Tante bisa dapat malu besar. Dan juga jangan sekali-kali bilang sama ibumu”.

“Ah buat apa itu saya bilang-bilang? Tidak akan, Tante”. Dalam hati aku melonjak-lonjak kegirangan. Tak kusangka aku bakalan dapat durian runtuh, berkesempatan tidur di samping Tante Ratih yang cantik banget. Siapa tahu aku nanti bisa nyenggol-nyenggol dia sedikit-sedikit.

Meraba-raba seperti orang buta menjaga jangan sampai terantuk ke dinding aku kembali ke sofa mengambil selimut dan bantal, lalu kembali meraba-raba ke arah Tante Ratih di pintu kamarnya. Cahaya kilat dari kisi-kisi di puncak jendela membantu aku menemukan keberadaannya dan dia membimbing aku masuk. Badan kami berantuk saat dia menuntun aku ke tempat tidurnya dalam gelap. Ingin sekali aku merangkul tubuh empuknya tetapi aku takut dia marah. Akhirnya kami berdua berbaring berjajar di tempat tidur. Selama proses itu kami sama menjaga agar tidak terlalu banyak bersentuhan badan. Perasaanku tak karuan. Baru kali inilah aku pernah tidur dengan perempuan bahkan dengan ibuku sendiripun tak pernah. Perempuan cantik dan seksi lagi.

“Kamu itu kurus tapi badanmu kok keras Dit?” bisiknya di sampingku dalam gelap. Aku tak menjawab.

“Seandainya kau tahu betapa ******-ku lebih keras lagi sekarang ini,” kataku dalam hati. Aku berbaring miring membelakangi dia. Lama kami berdiam diri. Kukira dia sudah tidur, yang jelas aku tak bisa tidur. Bahkan mataku yang tadinya berat mengantuk, sekarang terbuka lebar.

“Dit,” kudengar dia memecah keheningan. “Kamu pernah bersetubuh?”

Nafasku sesak dan mereguk ludah.

“Belum Tante, bahkan melihat celana dalam perempuanpun baru sekali.” Wah berani sekali aku.

“Celana dalam Tante?”

“Hmmh”.

“Kamu mau nanggelin Dit?” dalam gelap kudengar dia menahan tawa.

Aku hampir-hampir tak percaya dia mengatakan itu.

“Nanggelin celana dalam Tante?”

“Iya. Tapi jangan dibilangin siapapun.”

Aku diam agak lama.

“Takutnya nanti bilah saya tidak mau kendor Tante”.

“Nanti Tante kendorin”.

“Sama apa?”

“Ya tanggelin dulu. Nanti bilahmu itu tahu sendiri.” Suaranya penuh tantangan.

Dan akupun berbalik, nafsuku menggelegak. Aku tahu inilah kesempatan emas untuk melampiaskan hasrat berahiku yang terpendam pada perempuan cantik-seksi selama bertahun-tahun usia remajaku. Rasanya seperti aku dapat peluang emas di depan gawang lawan dalam satu pertandingan final kejuaraan besar melawan kesebebelasan super kuat, dimana pertandingan bertahan 0-0 sampai menit ke-85. Umpan manis disodorkan penyerang tengah ke arah kiri. Bola menggelinding mendekati kotak penalti. Semua mengejar, kiper terjatuh dan aku tiba lebih dulu. Dengan kekuatan penuh kulepaskan tembakan geledek. GOL! Begitulah rasanya ketika aku tergesa melepas sarungku dan menyerbu menanggalkan celana dalam Tante Ratih. Lalu dalam gelap kuraih kaitan BH dipunggungnya, dia membantuku. Kukucup mulutnya. Kuremas buah dadanya dan tak sabaran lagi kedua kakiku masuk ke celah kedua pahanya. Kukuakkan paha itu, kuselipkan paha kiriku di bawah paha kanannya dan dengan satu tikaman kepala kontolku menerjang tepat akurat ke celah labianya yang basah. Saya tancapkan terus. MASUK!


Aku menyetubuhi Tante Ratih begitu tergesa-gesa. Sambil menusuk liang vaginanya kedua buah dadanya terus kuremas dan kuhisap dan bibirnya kupilin dan kulumat dengan mulutku. Mataku terbeliak saat penisku kumaju-mundurkan, kutarik sampai tinggal hanya kepala lalu kubenam lagi dalam mereguk nikmat sorgawi vaginanya. Kenikmatan yang baru pertama kalinya aku rasakan. Ohhhhh … Ohhhhh ….

Tetapi malangnya aku, barangkali baru delapan kali aku menggenjot, itupun batang kemaluanku baru masuk dua pertiga sewaktu dia muntah-muntah dengan hebat. Spermaku muncrat tumpah ruah dalam lobang kewanitaannya. Dan akupun kolaps. Badanku penuh keringat dan tenagaku rasanya terkuras saat kusadari bahwa aku sudah knocked out. Aku sadar aku sudah keburu habis sementara merasa Tante Ratih masih belum apa-apa, apalagi puas.

Dan tiba-tiba listrik menyala. Tanpa kami sadari rupanya hujan badai sudah reda. Dalam terang kulihat Tante Ratih tersenyum disampingku. Aku malu. Rasanya seperti dia menertawakan aku. Laki-laki loyo. Main beberapa menit saja sudah loyo.

“Lain kali jangan terlampau tergesa-gesa dong sayang”, katanya masih tersenyum. Lalu dia turun dari ranjang. Hanya dengan kimono yang tadinya tidak sempat kulepas dia pergi ke kamar mandi, tentunya hendak cebok membersihkan spermaku yang berlepotan di celah selangkangannya.

Keluar dari kamar mandi kulihat dia ke dapur dan akupun gantian masuk ke kamar mandi membersihkan penis dan pangkal penisku berserta rambutnya yang juga berlepotan sperma. Habis itu aku kembali ke ranjang. Apakah akan ada babak berikutnya? Tanyaku dalam hati. Atau aku disuruh kembali ke sofa karena lampu sudah nyala?

Tante Ratih masuk ke kamar membawa cangkir dan sendok teh yang diberikan padaku.

”Apa ini Tante?”

“Telor mentah dan madu lebah pengganti yang sudah kamu keluarkan banyak tadi”, katanya tersenyum nakal dan kembali ke dapur.

Akupun tersenyum gembira. Rupanya akan ada babak berikutnya. Dua butir telur mentah itu beserta madu lebah campurannya kulahap dan lenyap kedalam perutku dalam waktu singkat. Dan sebentar kemudian Tante kembali membawa gelas berisi air putih.

Dan kami duduk bersisian di pinggir ranjang.

“Enak sekali Tante”, bisikku dekat telinganya.

“Telor mentah dan madu lebah?”, tanyanya.

“Bukan. Meqi Tante enak sekali.”

“Mau lagi?” tanyanya menggoda.

“Iya Tante, mau sekali”, kataku tak sabar dengan melingkarkan tangan di bahunya.

“Tapi yang slow ya Dit? Jangan buru-buru seperti tadi.”

“Iya Tante, janji”.

Dan kamipun melakukannya lagi. Walau di kota kabupaten aku bukannya tidak pernah nonton filem bokep. Ada temanku yang punya kepingan VCD-nya. Dan aku tahu bagaimana foreplay dilakukan. Sekarang aku coba mempraktekkannya sendiri. Mula-mula kucumbu dada Tante Ratih, lalu lehernya. Lalu turun ke pusar lalu kucium dan kujilat ketiaknya, lalu kukulum dan kugigit-gigit pentilnya, lalu jilatanku turun kembali ke bawah seraya tanganku meremas-remas kedua payudaranya. Lalu kujilat belahan vaginanya. Sampai disini Tante Ratih mulai merintih. Kumainkan itilnya dengan ujung lidahku. Tante Ratih mengangkat-angkat panggulnya menahan nikmat. Dan akupun juga sudah tidak tahan lagi. Penisku kembali tegang penuh dan keras seakan berteriak memaki aku dengan marah “Cepatlah *******, jangan berleha-leha lagi”, teriaknya tak sabar. Penis yang hanya memikirkan mau enaknya sendiri saja.

Aku merayap di atas tubuh Tante Ratih. Tangannya membantu menempatkan bonggol kepala penisku tepat di mulut lobang kemaluannya. Dan tanpa menunggu lagi aku menusukkan penisku dan membenamkannya sampai dua pertiga. Lalu kupompa dengan ganas.

“Diiiiiiiit”, rengeknya mereguk nikmat sambil merangkul leher dan punggungku dengan mesra. Rangkulan Tante Ratih membuat aku semakin bersemangat dan terangsang. Pompaanku sekarang lebih kuat dan rengekan Tante Ratih juga semakin manja. Dan kupurukkan seluruh batangku sampai ujung kepada penisku menyentuh sesuatu di dasar rahim Tante. Sentuhan ini menyebabkan Tante menggeliat-geliat memutar panggulnya dengan ganas, meremas dan menghisap kontolku. Reaksi Tante ini menyebabkan aku kehilangan kendali. Aku bobol lagi. Spermaku muncrat tanpa dapat ditahan-tahan lagi. Dan kudengar Tante Ratih merintih kecewa. Kali ini aku keburu knocked out selagi dia hampir saja mencapai orgasme.

“Maafkan Tante”, bisikku di telinganya.

“Tak apa-apa Dit,” katanya mencoba menenangkan aku. Dihapusnya peluh yang meleleh di pelipisku.

“Dit, jangan bilang-bilang siapapun ya sayang? Tante takut sekali kalau ibumu tahu. Dia bakalan marah sekali anaknya Tante makan”, katanya tersenyum masih tersengal-sengal menahan berahi yang belum tuntas penuh. Kontolku berdenyut lagi mendengar ucapan Tante itu, apa memang aku yang dia makan bukannya aku yang memakan dia? Dan aku teringat pada kekalahanku barusan. Ke-lelakian-ku tersinggung. Diam-diam aku bertekad untuk menaklukkannya pada kesempatan berikutnya sehingga tahu rasa, bukan dia yang memakan aku tetapi akulah yang memakan dia.

Aku terbangun pada kokokan ayam pertama. Memang kebiasaanku bangun pagi-pagi sekali. Karena aku perlu belajar. Otakku lebih terbuka mencerna rumus-rumus ilmu pasti dan fisika kalau pagi. Kupandang Tante Ratih yang tergolek miring disampingku. Dia masih tidak ber-celana dalam dan tidak ber-BH. Sebelah kakinya menjulur dari belahan kimono di selangkangannya membentuk segitiga sehingga aku dapat melihat bagian dalam pahanya yang putih padat sampai ke pangkalnya. Ujung jembutnya juga kulihat mengintip dari pangkal pahanya itu dan aku juga bisa melihat sebelah buah dadanya yang tidak tertutup kimono. Aku sudah hendak menerkam mau menikmatinya sekali lagi sewaktu aku merasa desakan mau buang air kecil. Karena itu pelan-pelan aku turun dari ranjang terus ke kamar mandi.

Aku sedang membasuh muka dan kumur-kumur sewaktu Tante Ratih mengetok pintu kamar mandi. Agak kecewa kubukakan pintu dan Tante Ratih memberikan handuk bersih. Dia sodorkan juga gundar gigi baru dan odol.

“Ini Dit, mandi saja disini,” katanya. Barangkali dia kira aku akan pulang ke rumahku untuk mandi? ****** bener.

Akupun cepat-cepat mandi. Keluar dari kamarmandi dengan sarung dan singlet dan handuk yang membalut tengkuk, kedua pundak dan lengan kulihat Tante Ratih sudah di dapur menyiapkan sarapan.

“Ayo sarapan Dit. Tante juga mau mandi dulu,” katanya meninggalkan aku.

Kulihat di meja makan terhidang roti mentega dengan botol madu lebah Australia disampingnya dan semangkok besar cairan kental berbusa. Aku tahu apa itu. Teh telor. Segera saja kuhirup dan rasanya sungguh enak sekali di pagi yang dingin. Saya yakin paling kurang ada dua butir telor mentah yang dikocokkan Tante Ratih dengan pengocok telur disana, lalu dibubuhi susu kental manis cap nona dan bubuk coklat. Lalu cairan teh pekat yang sudah diseduh untuk kemudian dituang dengan air panas sembari terus dikacau dengan sendok. Lezat sekali. Dan dua roti mentega berlapis juga segera lenyap ke perutku. Kumakan habis selagi berdiri. Madu lebahnya kusendok lebih banyak.

Tante tidak lama mandinya dan aku sudah menunggu tak sabar.

Dengan hanya berbalut handuk Tante keluar dari kamar mandi.

“Tante, ini teh telornya masih ada”, kataku.

“Kok tidak kamu habiskan Dit?” tanyanya.

“Tante kan juga memerlukannya” , kataku tersenyum lebar. Dia menerima gelas besar itu sambil tersenyum mengerling lalu menghirupnya.

“Saya kan dapat lagi ya Tante”, tanyaku menggoda. Dia menghirup lagi dari gelas besar itu. “Tapi jangan buru-buru lagi ya?” katanya tersenyum dikulum. Dia menghirup lagi sebelum gelas besar itu dia kembalikan padaku. Dan aku mereguk sisanya sampai habis.

Penuh hasrat aku mengangkat dan memondong Tante Ratih ke kamar tidur.

“Duh, kamu kuat sekali Dit”, pujinya melekapkan wajah di dadaku.

Kubaringkan dia di ranjang, handuk yang membalut tubuh telanjang-nya segera kulepas. Duhhh cantik sekali. Segalanya indah. Wajah, toket, perut, panggul, meqi, paha dan kakinya. Semuanya putih mulus mirip artis filem Jepang.

Semula aku ragu bagaimana memulainya. Apa yang mesti kuserang dulu, karena semuanya menggiurkan. Tapi dia mengambil inisiatif. Dilingkarkannya tangannya ke leherku dan dia dekatkan mulutnya ke mulutku, dan akupun melumat bibir seksinya itu. Dia julurkan lidahnya yang aku hisap-hisap dan perasan airludahnya yang lezat kureguk. Lalu kuciumi seluruh wajah dan lehernya. Lalu kuulangi lagi apa yang aku lakukan padanya tadi malam. Meremas-remas payu daranya, menciumi leher, belakang telinga dan ketiaknya, menghisap dan menggigit sayang pentil susunya. Sementara itu tangan Tante juga liar merangkul punggung, mengusap tengkuk, dan meremas-remas rambutku.

Lalu sesudah puas menjilat buah dada dan mengulum pentilnya, ciumanku turun ke pusar dan terus ke bawah. Seperti kemarin aku kembali menciumi jembut di vaginanya yang tebal seperti martabak Bangka, menjilat klitoris, labia dan tak lupa bagian dalam kedua pahanya yang putih. Lalu aku mengambil posisi seperti tadi malam untuk menungganginya.

Tante menyambut penisku di liang vaginanya dengan gairah. Karena Tante Ratih sudah naik birahi penuh, setiap tusukan penisku menggesek dinding liangnya tidak hanya dinikmati olehku tetapi dinikmati penuh oleh dia juga.

Setiap kali sambil menahan nikmat dia berbisik di telingaku “Jangan buru-buru ya sayang, …….. jangan buru-buru ya sayang.” Dan aku memang berusaha mengendalikan diri menghemat tenaga. Kuingat kata-kata pelatih sepakbola-ku. Kamu itu main dua kali 45 menit, bukannya cuman setengah jam. Karena itu perlu juga latihan lari marathon. Dari pengalaman tadi malam kujaga agar penisku yang memang berukuran lebih panjang dari orang kebanyakan itu jangan sampai terbenam seluruhnya karena akan memancing reaksi liar tak terkendali dari Tante Ratih. Aku bisa bobol lagi. Aku menjaga hanya masuk dua pertiga atau tiga perempat.

Dan kurasakan Tante Ratih juga berusaha mengendalikan diri. Dia hanya menggerakkan panggulnya sekadarnya menyambut kocokan batangku. Kerjasama Tante membantu aku. Untuk lima menit pertama aku menguasai bola dan lapangan sepenuhnya. Kujelajahi sampai dua pertiga lapangan sambil mengarak dan mendrible bola, sementara Tante merapatkan pertahanan menunggu serangan sembari melayani dan menghalau tusukan-tusukanku yang mengarah ke jaring gawangnya. Selama lima menit berikutnya aku semakin meningkatkan tekanan. Terkadang bola kubuang ke belakang , lalu kugiring dengan mengilik ke kiri dan ke kanan, terkadang dengan gerakan berputar. Kulihat Tante mulai kewalahan dengan taktik-ku. Lima menit berikutnya Tante mulai melancarkan serangan balasan. Dia tidak lagi hanya bertahan. Back kiri dan bek kanan bekerjasama dengan gelandang kiri dan gelandang kanan, begitupun kiri luar dan kanan luar bekerjasama membuat gerakan menjepit barisan penyerangku yang membuat mereka kewalahan. Sementara merangkul dan menjepitkan paha dan kakinya ke panggulku Tante Ratih berbisik mesra “jangan buru-buru ya sayang …. jangan tergesa-gesa ya Dit?”. Akupun segera mengendorkan serangan, menahan diri. Dan lima menit lagi berlalu. Lalu aku kembali mengambil inisiatif menjajaki mencari titik lemah pertahanan Tante Ratih. Aku gembira karena aku menguasai permainan dan lima menit lagi berlalu. Tante Ratih semakin tersengal-sengal, rangkulannya di punggung dan kepalaku semakin erat. Dan aku tidak lagi melakukan penjajakan. Aku sudah tahu titik kelemahan pertahanannya. Sebab itu aku masuk ke tahap serangan yang lebih hebat. Penggerebekan di depan gawang. Penisku sudah lebih sering masuk tiga perempat menyentuh dasar liang kenikmatan Tante Ratih. Setiap tersentuh Tante Ratih menggelinjang. Dia pererat rangkulannya dan dengan nafas tersengal dia kejar mulutku dengan mulutnya dan mulut dan lidah kamipun kembali berlumatan dan kerkucupan.

“Dit”, bisiknya. “Punyamu panjang sekali.”

“Memek Tante tebal dan enak sekali”, kataku balas memuji dia. Dan pertempuran sengit dan panas itu berlanjut lima lalu sepuluh menit lagi. Lalu geliat Tante Ratih semakin menggila dan ini menyebabkan aku semakin gila pula memompa. Aku tidak lagi menahan diri. Aku melepaskan kendali syahwat berahiku selepas-lepasnya. Kutusuk dan kuhunjamkan kepala ******-ku sampai ke pangkalnya berkali-kali dan berulang-ulang ke dasar rahimnya sampai akhirnya Tante Ratih tidak sadar menjerit “oooooohhhhhh…” . Aku terkejut, cepat kututup mulutnya dengan tanganku, takut kedengaran orang, apalagi kalau kedengaran oleh ibuku di sebelah. Sekalipun demikian pompaanku yang dahsyat tidak berhenti. Dan saat itulah kurasakan tubuh Tante Ratih berkelojotan sementara mulutnya mengeluarkan suara lolongan yang tertahan oleh tanganku. Dia orgasme hebat sekali.

“Sudah Dit, Tante sudah tidak kuat lagi”, katanya dengan nafas panjang-singkatan setelah mulutnya kulepas dari bekapanku. Kulihat ada keringat di hidung, di kening dan pelipisnya. Wajah itu juga kelihatan letih sekali. Aku memperlambat lalu menghentikan kocokanku. Tapi senjataku masih tertanam mantap di memek tebalnya.

“Enak Tante?”, bisikku.

“Iya enak sekali Dit. Kamu jantan. Sudah ya? Tante capek sekali”, katanya membujuk supaya aku melepaskannya. Tapi mana aku mau? Aku belum keluar, sementara batang kelelakianku yang masih keras perkasa yang masih tertancap dalam di liang kenikmatannya sudah tidak sabaran hendak melanjutkan pertempuran.

“Sebentar lagi ya Tante,” kataku meminta , dan dia mengangguk mengerti. Lalu aku melanjutkan melampiaskan kocokanku yang tadi tertunda. Kusenggamai dia lagi sejadi-jadinya dan berahinya naik kembali, kedua tangannya kembali merangkul dan memiting aku, mulutnya kembali menerkam mulutku. Lalu sepuluh menit kemudian aku tak dapat lagi mencegah air mani-ku menyemprot berkali-kali dengan hebatnya, sementara dia kembali berteriak tertahan dalam lumatan mulut dan lidahku. Liang vaginanya berdenyut-denyut menghisap dan memerah sperma-ku dengan hebatnya seperti tadi. Kakinya melingkar memiting panggul dan pahaku.

Persetubuhan nikmat diantara kami ternyata berulang dan berulang dan berulang dan berulang lagi saban ada kesempatan atau tepatnya peluang yang dimanfaatkan.

Suami Tante Ratih Om Hendra punya hobbi main catur dengan Bapakku. Kalau sudah main catur bisa berjam-jam. Kesempatan itulah yang kami gunakan. Paling mudah kalau mereka main catur di rumahku. Aku datangi terus Tante Ratih yang biasanya berhelah menolak tapi akhirnya mau juga. Aku juga nekad mencoba kalau mereka main catur di rumah Tante Ratih. Dan biasanya dapat juga walau Tante Ratih lebih keras menolaknya mula-mula. Hehe kalau aku tak yakin bakalan dapat juga akhirnya manalah aku akan begitu degil mendesak dan membujuk terus.

Tiga bulan kemudian sesudah peristiwa pertama di kala hujan dan badai itu aku ketakutan sendiri. Tante Ratih yang lama tak kunjung hamil, ternyata hamil. Aku khawatir kalau-kalau bayinya nanti hitam. Kalau hitam tentu bisa gempar. Karena Tante Ratih itu putih. Om Hendra kuning. Lalu kok bayi mereka bisa hitam? Yang hitam itu kan si Didit. Hehehehe … tapi itu cerita lain lagilah.



Sunday, November 19, 2017

Perawan Gadis PKL Hilang Bersamaku

Zoya69 - Ini adalah benar-benar kisah nyata yang sampai sekarang tidak pernah saya lupakan. Peristiwa ini terjadi sekitar bulan September dan yang merupakan pengalaman pertama saat keperjakaan saya hilang. Sebelumnya, saya perkenalkan diri, waktu itu saya ber usia 27 tahun, masih single lah, bukannya tidak laku lho tetapi memang saya masih ingin bebas.

Kata orang, wajah saya cukup ganteng dengan badan atletis. Bekerja di suatu instansi pemerintah di kota Surabaya. Bekerja pada Bagian Sekretariat yang mengurusi surat-surat masuk dan mencatat segala keperluan dinas atasan ( sektretaris), juga mengetik surat-surat, karena memang saya cukup terampil dalam penggunaan komputer yang terkadang memberi pelajaran mengenai pengoperasian komputer di luar kantor. Seperti biasanya, suatu instansi pemerintah selalu ada siswa-siswi yang melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang memang merupakan bagian dari kurikulum yang harus dijalani oleh setiap murid.


 Pagi itu sekitar pukul 09:00 saya sedang mengetik suatu nota untuk dikirim ke suatu instansi lain, tiba-tiba saya didatangi oleh 3 siswi lengkap dengan seragam sekolahnya.
“Selamat pagi, Pak!” sapa mereka dengan kompak dan ramah.
“Pagi.., ada yang bisa saya bantu?” jawab saya dengan ramahnya.
“Begini Pak.., kami ingin menyakan apakah di sini masih menerima anak sekolah untuk PKL?”
“Oooh.. kalian dari sekolah mana?” tanya saya.
“Saya dari SMK X pak.. dan ini surat permohonan kami dari sekolah.”, kata mereka sambil menyerahkan surat permohonan kepada saya.

Lalu saya baca, di sana tertulis nama-nama mereka, setelah selesai saya menatap mereka satu persatu.
“Coba, saya ingin tahu nama-nama kalian dan ketrampilan apa yang kalian miliki?” tanya saya sok pintar.
“Nama saya Devi Pak, yang ini Desy dan yang itu Susy Pak..”, mereka juga menjelaskan bahwa mereka bisa menggunakan komputer walaupun belum terampil, karena di sekolahnya diberikan ketrampilan komputer.

Si Devi memiliki postur tubuh yang agak kurus dengan bentuk wajah bulat dan memiliki bentuk payudara yang hampir rata dengan dadanya. Si Desy agak gemuk dan pendek tetapi memiliki payudara yang besar, dan yang satu ini memiliki postur tubuh yang agak tinggi dari teman-temannya, sangat cantik dan sexy seperti bintang mega sinetron dengan bulu-bulu halus di tangannya, warna kulit kuning langsat dengan wajah yang imut-imut dan bibir yang merah serta payudara yang montok, ukurandadanya 34B. Wah.. pikiran saya jadi kotor nih (maklum walaupun saya tidak pernah berhubungan badan, tetapi saya sering nonton BF). Umumnya mereka semua memiliki wajah yang cantik, kulit putih dan bersih.

“Begini ya adik-adik, kebetulan di sini memang belum ada yang PKL, tetapi akan saya tanyakan pada atasan saya dulu..”, kata saya,
“Nanti, seminggu lagi, tolong adik-adik kesini untuk menunggu jawaban.” lanjut saya sambil tidak henti-hentinya memandangi wajah mereka satu persatu. Setelah berbasa-basi sedikit, akhirnya mereka pulang.


Saya menghadap atasan yang kebetulan sedang baca koran, maklum pegawai negeri kan terkenal dengan 4D (datang, duduk, diam dan duit). Setelah bicara ala kadarnya, atasan saya menyetujui dan saya lah yang disuruh memberi tugas apa yang harus mereka kerjakan nanti.
“Tolong, nanti kamu yang mengawasi dan memberi arahan pada mereka.” kata atasan saya.
“Tapi jangan diarahin yang ngga-ngga lho..” Saya agak bingung dibilang seperti itu.
“Maksud Bapak?”
“Iya, tadi saya sempat lihat, mereka cantik-cantik dan saya perhatikan mata kamu ngga lepas-lepas tuh.”
“Ah, Bapak bisa aja, saya ngga ada maksud apa-apa, kecuali dia mau diapa-apain.” kata saya sambil bercanda dan tertawa.
“Dasar kamu..”, jawab atasan saya sambil ketawa.
Memang, walaupun dia atasan saya tetapi di antara kami tidak ada batas, maklum atasan saya juga mata keranjang dan rahasia bahwa dia sering main perempuan sudah merupakan rahasia kami berdua.

Seminggu kemudian, mereka bertiga kembali ke kantor. Setelah itu saya jelaskan bahwa mereka bisa PKL di sini dan langsung mulai bekerja. Setelah itu Devi dan Desy saya tugaskan di bidang lain, sedangkan Susy, saya suruh membantu pekerjaan di ruangan saya. Kebetulan ruangan saya tersendiri. Memang sudah saya rancang sedemikian rupa agar selalu dapat menikmati keindahan tubuh Susy yang saat itu kelihatan cantik dan sexy dengan rok yang agak ketat di atas lutut. Lalu saya mengantar Devi dan Desy ke ruangan lain untuk membantu karyawan yang lain, sedangkan Susy saya suruh menunggu di ruangan saya. Setelah itu saya kembali ke ruangan.

“Apa yang harus saya kerjakan, Pak?” tanya Susy ketika saya sudah kembali.
“Kamu duduk di depan komputer dan tolong bantu saya mengetik beberapa nota.” sembari memberikan beberapa lembar kertas kerja pada nya.
“Dan tolong jangan panggil saya Bapak, saya belum Bapak-bapak lho, panggil saja Mas Bimo.” kata saya sambil bercanda.
“Baik Mas Bimo, tetapi tolong ajarkan saya mengetik, karena saya belum mahir menggunakan komputer.”

Saya mulai memberi arahan sedikit tentang cara mengetik sambil tidak henti-hentinya memandangi wajah Susy tanpa sepengetahuannya. Saya berdiri di sampingnya sambil menikmati. Sebentar-sebentar mencuri pandang ke arah payudaranya yang kelihatan dari atas karena kerahnya agak terbuka sedikit. Nampak sekali kelihatan belahan payudaranya yang putih mulus tertutup bra warna coklat muda. Apalagi ditambah dengan paha yang sangat sexy, mulus dan kuning langsat yang roknya naik ke atas ketika duduk. Tanpa disadari, kemaluan saya berdiri tegak. Pikiran kotor saya keluar, bagaimana caranya untuk bisa menikmati keindahan tubuh anak SMK ini.

Di hari pertama ini, saya hanya bisa bertanya-tanya tentang sekolah dan keluarganya dan terkadang bercanda sambil menikmati keindahan tubuhnya. Ternyata Susy adalah anak yang enak diajak bicara dan cepat menyesuaikan dengan lingkungan. Terkadang saya suka mengarahkan ke cerita yang porno-porno dan dia cuma tersipu malu. Selama itu, saya juga berpikir bagaimana caranya untuk merasakan kenikmatan tubuh Susy. Saya merencanakan untuk membuat strategi, karena besok atasan saya akan dinas ke luar kota beberapa hari sehingga saya bebas berdua dengannya.

Pada hari ketiga, pagi-pagi Susy sudah datang dan kebetulan atasan saya sedang dinas ke Bandung selama 5 hari. Seperti biasa, dia selalu menanyakan apa yang bisa dia kerjakan. Inilah kesempatan saya untuk melaksanakan rencana yang sudah disiapkan dengan pikiran kotor saya, apalagi ketika dia sedang duduk di kursi, tanpa disadari atau disengaja, duduknya agak mengangkang, sehingga dapat terlihat jelas celana dalamnya yang berwarna putih di antara pahanya yang putih mulus.

“Gini aja Sus, kebetulan hari ini kayaknya kita lagi ngga ada kerjaan.. gimana kalau kita lihat berita-berita di internet?” kata saya mulai memancing.
“Kebetulan tuh Mas Bimo, tolong dong sekalian ajarin tentang internet!” pintanya, Nah kebetulan nih,
“Beres.. yuk kita masuk ke ruangan atasan saya, karena internetnya ada di ruangan bos saya.”
“Ngga enak mas, nanti ketahuan Bapak.”
“Kan Bapak lagi dinas ke luar kota, lagian ngga ada yang berani masuk kok selain saya.” jawabku sambil sebentar-sebentar melihat celana dalamnya yang terselip di antara pahanya.
Benda pusaka saya sudah tegang sekali, dan sepertinya Susy sempat melihat ke arah celana saya yang sudah berubah bentuk, tetapi cepat-cepat dialihkannya.

Cerita Sex Perawan Lalu kami berdua masuk ke ruangan atasan saya sambil menutup, lalu menguncinya.
“Mas.. kenapa dikunci?” tanya Susy merasa tidak enak. “Sengaja.. biar orang-orang menyangka kita tidak ada di dalam. Lagian kan nanti ganggu kita aja.”
“Ih, Mas pikirannya kotor, awas ya kalau macam-macam sama Susy!” katanya mengancam tetapi dengan nada bercanda.
Lalu kami berdua tertawa, sepertinya dia tidak curiga kalau saya ingin macam-macam dengannya. Susy saya suruh duduk di kursi dan saya duduk di sebelahnya, di atas sandaran kursi yang diduduki oleh Suzy. Seperti hari-hari sebelumnya, saya dapat melihat dengan bebas paha dan payudara Susy tanpa sepengetahuannya. Agar Susy tidak curiga, saya mengajari cara membuka internet dan memulai langkah awal dengan melihat-lihat berita.

“Sus.. kamu tahu ngga kalau di internet kita bisa melihat cerita dan gambar-gambar porno?” tanya saya mulai memasang strategi.
“Tahu sih dari teman-teman, tetapi saya ngga pernah lihat karena memang tidak tahu cara menggunakan internet.. tetapi kalau lihat gambar gituan dari majalah sih pernah.” katanya malu-malu.
“Nah ya.. anak kecil sudah ngeliat yang macam-macam.” kata saya bercanda sambil memegang pundaknya dan dia diam saja sambil tertawa malu-malu.
“Kalau saya lihatin cerita-cerita dan gambar porno di internet mau ngga?” pinta saya.
“Mau sih, tetapi jangan dibilangin ke teman-teman Susy ya mas..! Kan malu.”
“Percaya deh, saya ngga bakalan nyeritain ke teman-teman kamu.”

Saya mulai membuka cerita porno di sumbercerita.com
Susy mulai membacanya dengan penuh perhatian. Lama-lama, saya pun melihat wajah Susy agak berubah dan sedikit gemetar serta agak menegang pertanda dia mulai terangsang, saya dengan perlahan-lahan mulai meraba pundaknya. Sengaja saya lakukan dengan perlahan untuk memberikan rangsangan dan agar jangan terkesan saya ingin mengambil kesempatan. Nampaknya mulai berhasil karena dia diam saja. Sedangkan kemaluan saya yang sudah tegang menjadi semakin tegang. Setelah Susy membaca beberapa cerita lalu saya bukakan gambar-gambar porno.
“Iiih.. gambarnya fulgar banget Mas..”.
“Itu sih belum seberapa, karena hanya gambar doang..” kata saya mulai memancing.
“Kalau kamu mau, saya punya film-nya.” lanjut saya.
“Ngga ah, saya takut ketahuan orang.”, sepertinya dia masih takut kalau ada orang lain masuk.
“Percaya deh sama saya, lagian cuma film, kecuali kalau kita yang begituan.”
“Nah kan Mas Bimo mulai nakal..”, katanya dengan nada menggoda dan membuat pikiran saya semakin jorok saja dan kamipun berdua tertawa.
Saya kemudian membuka VCD porno yang memang sengaja sudah saya siapkan di dalam CD Room komputer

Saya mulai memutarnya dan beberapa saat terlihat adegan seorang wanita sedang mengulum kemaluan dua orang negro. Sedangkan kemaluan si wanita di masuki dari belakang oleh seorang pemuda bule. Susy kelihatan diam saja tanpa berkedip, malah posisi duduknya mulai sudah tidak tenang.
“Kamu pernah lihat film ginian ngga Sus..” tanyaku padanya
“Belum pernah Mas, cuma gambar-gambar di majalah saja” jawabnya dengan suara agak gemetar. Sepertinya dia mulai terangsang dengan adegan-adengan film tersebut.
“Kalau gitu saya matiin saja, ya Sus? Nanti kamu marah lagi..” kataku pura-pura sok suci namun tetap mengelus-ngelus pundaknya.
“Aah ngga apa-apa kok Mas, sekalian buat pelajaran, tetapi Susy jangan dimacem-macemin, ya Mas?” dia khawatir
“Iya.. iya..” kataku untuk menyakinkan, padahal dalam hati, si otong sudah tidak tahan.

Secara perlahan-lahan tangan saya mulai memegang dan mengelus tangannya, dia diam saja dan tidak ada tanda-tanda penolakan. Yang anehnya, dia diam saja ketika saya merapatkan duduknya dan saya pegang tangannya yang berbulu halus dan saya taruh di atas pahasaya. Matanya tetap tertuju pada adegan film dan suaranya memang sengaja saya buat agak keras terdengar agar lebih nafsu menontonnya. Terdengar suara rintihan dan erangan dari di wanita, ketika kemaluannya di sodok-sodok oleh si negro dengan kemaluan yang sangat besar dan panjang, sedangkan mulutnya dengan lahap mengulum batang kemaluan si Bule. Kini Susy semakin tidak tenang duduknya dan terdengar nafasnya agak berat bertanda nafsunya sedang naik. Kesempatan ini tidak saya sia-siakan. Tangan Susy tetap berada di atas paha saya, lalu tangan kiri saya mulai beraksi membelai rambutnya, terus ke arah lehernya yang jenjang. Susy kelihatan menggelinjang ketika lehernya saya raba.
“Acchh.. Mas bimo, jangan, Susy merinding nih..” katanya dengan nada mendesah membuat saya semakin bernafsu.


Saya tetap tidak peduli karena dia juga tidak menepis tangan saya, malah agak meremas paha saya. Tangan kiri saya juga tidak diam, saya remas-remas tangan kanan Susy dan sengaja saya taruh tepat di atas kemaluan saya.
“Sus, kamu cantik deh, kayak bintang film itu” kata saya mulai merayu.
“Masa sih Mas?” sepertinya dia terbuai dengan rayuan saya. Dasar anak masih 17 tahun.
“Bener tuh, masa saya bohong, apalagi payudaranya sepertinya sama yang di film.”
“Ih.. Mas bimo bisa aja” katanya malu-malu.

Adegan film berganti cerita di mana seorang wanita mengulum 2 batang kemaluan dan kemaluan wanita itu sedang dijilati oleh lelaki lain. Tangan susy semakin keras memegang paha dan tangan saya.
“Kamu terangsang ngga Sus?” tanyaku memancing. Dia menoleh ke arah saya lalu tersenyum malu, wah.. wajahnya nampak kemerahan dan bibirnya terlihat basah, apalagi di tambah wangi parfum yang di pakainya.
“Kalau Mas, terangsang ngga?” dia balik bertanya.
“Terus terang, aku sih terangsang, ditambah lagi nonton sama kamu yang benar-benar cantik ” rayu saya, dan dia hanya tertawa kecil.

“Saya juga kayaknya terangsang Mas,” katanya tanpa malu-malu.
Melihat situasi ini, tangan saya mulai meraba ke arah lain. Perlahan-lahan saya arahkan tangan kanan saya ke arah payudaranya dari luar baju seragam sekolahnya. Sedangkan tangan kiri, saya jatuhkan ke atas pahanya dan saya raba pahanya dengan penuh perasaan. Susy semakin menggelinjang keenakan. Mulus sekali tanpa cacat dan pahanya agak merenggang sedikit.
“Aaahh, jangan Mas, Susy takut, Susy belum pernah beginian, nanti ada orang masuk mass.. oohh..” katanya sambil tangan kanannya memegang dan meremas tangan kanan saya yang ada di atas pahanya yang sedang saya raba, sedangkan tangan kirinya memegang sandaran kursi. Terasa sekali bahwa Susy juga terangsang akibat saya perlakukan seperti itu, apalagi ditambah dengan adegan film siswi anak sekolah Jepang yang dimasuki vaginanya dari belakang oleh seorang gurunya di ruangan kelas

Saya yang sudah tidak tahan lagi, tidak peduli dengan kata-kata yang diucapkan Susy. Karena saya tahu bahwa dia sebenarnya juga ingin menikmatinya. Tangan kanan saya makin meremas-meremas payudara sebelah kanannya.
“Oohh Maass.. jaangaan Maas.. ohh..” Susy semakin mendesah.

Badan Susy makin menggelinjang dan dia rapatkan badan serta kepalanya ke dada saya. Tangan kiri saya pindah untuk meraba wajahnya yang sangat cantik dan manis. Turun ke leher terus turun ke bawah dan membuka dua kancing seragamnya. Terlihat gundukan belahan payudaranya yang putih dan mengencang di balik BH-nya. Tangan saya bermain di sekitar belahan dadanya sebelah kiri, saya remas-remas lalu pindah ke payudaranya yang sebelah kanan.
“Ooohh.. Maas Bimoo.. oohh.. jaangaann.. mmhh..” saya semakin bernafsu mendengar suara rintihannya menahan birahi yang bergejolak.
Dadanya semakin bergetar dan membusung ketika saya semakin meremas dan menarik BH-nya ke atas. Terlihat putingnya yang kecil dan berwarna merah yang terasa mengeras. Tangan kanan saya yang sejak tadi meraba pahanya, secara perlahan-lahan masuk ke balik roknya yang tersingkap dan meraba-raba celananya, yang ketika saya pegang ternyata sudah basah.
“Ooohh.. Mass enakk.. teerruuss.. aahh..”

Kepala Susy mendongak menahan birahi yang sudah semakin meninggi. Terlihat bibir merah membasah. Secara spontan, saya cium bibirnya, ternyata dibalas dengan buasnya oleh Susy. Lidah kami saling mengulum dan saya arahkan lidah saya pada langit-langit bibirnya. Semakin tidak menentu saja getaran badan Susy. Sambil berciuman saya pegang tangan kirinya yang di atas selangkangan dan saya suruh dia untuk meraba batang kejantanan saya yang sudah menegang dan kencang di balik celana panjang.
“Mmmhh.. mmhh..” saya tidak tahu apa yang akan dia ucapkan karena mulutnya terus saya kulum dan hisap. Segera saya lepas semua kancing seragamnya sambil tetap menciumi bibirnya. Tangan saya membuka BH yang kaitannya berada di depan, terlihat payudaranya yang putih bersih dan besar dan perutnya yang putih tanpa cacat. Saya raba dan saya remas seluruh payudaranya. Hal ini membuat susy semakin menggelinjang. Tiba-tiba, Susy menarik diri dari ciuman saya.
“Mas.. jangan diterusin, Susy ngga pernah berbuat seperti ini.” sepertinya dia sadar akan perbuatannya.

Dia menutupi payudaranya dengan seragamnya. Melihat seperti ini, perasaan saya was-was, jangan-jangan dia tidak mau meneruskan. Padahal saya sedang hot-hotnya berciuman dan meraba-raba tubuhnya. Tetapi birahi saya yang tinggi telah melupakan segalanya, saya mencari akal agar Susy mau melampiaskan birahi yang sudah sampai ke ubun-ubun.

“Jangan takut Sus, kita kan ngga akan berbuat jauh, saya cuma mau merasakan keindahan tubuh kamu.”
“Tapi bukan seperti ini caranya.”
“Bukannya kamu juga menikmati Sus?”
“Iya, tetapi Susy takut kalau sampai keterusan, Mas!”
“Percaya deh, Mas tidak akan berbuat ke arah sana.” Susy terdiam dan memandangi wajah saya, lalu saya membelai rambutnya. Saya tersenyum dan dia pun ikut tersenyum. Sepertinya dia percaya akan kata-kata saya. Film telah habis dan saya mematikan komputer. Saya berdiri dan secara tiba-tiba, saya mengangkat tubuh Susy.
“Maass, Susy mau dibawa kemana?” dia berpegangan pada pundak saya.
Baju seragamnya terbuka lagi dan nampak payudaranya yang montok.
“Kita duduk di sofa saja.” Saya angkat Susy dan saya pangku dia di sofa yang ada di dalam ruangan bos.

“Sus kamu cantik sekali..” rayu saya dan dia hanya tersenyum malu.
“Boleh saya mencium bibir kamu..?” dia diam saja dan tersenyum lagi. Semakin cantik saja wajahnya.
“Tapi janji ya Mas bimo ngga akan berbuat seperti di film tadi?”
“Iya saya janji” Susy terdiam lalu matanya terpejam.
Dengan spontan saya dekati wajahnya lalu saya cium keningnya, terus pipinya yang kiri dan kanan, setelah itu saya cium bibirnya,ternyata dia membalas. Saya masukkan lidah saya ke dalam rongga mulutnya.

Birahinya mulai bangkit lagi. Susy membalas ciuman saya dengan ganas dan nafsunya melumat bibir dan lidah saya. Tangannya meremas-remas kepala dan pundak saya. Ciuman berlangsung cukup lama sekitar 20 menit. Sengaja tangan saya tidak berbuat lebih jauh agar Susy percaya dulu bahwa saya tidak akan berbuat jauh. Setelah saya yakin Susy sudah lupa, tangan saya mulai meraba perutnya yang telah terbuka. Lalu perlahan-lahan naik ke payudaranya.
“Aaahh.. Mass teruuss..” desahnya. Ternyata birahinya mengalahkan kekuatirannya. Dengan penuh kelembutan saya sentuh putingnya yang sudah mengeras.
“Aaahh.. aahh.. mmhh..” saya semakin meningkatkan kreatifitas saya.
Putingnya saya pilin-pilin. Badan Susy menggelinjang keenakan, bibir saya turun ke bawah, saya jilati lehernya yang jenjang.
“Ooouuhh Mass, teruuss, enaak Maass.” Susy terus mengeluh keenakan membuat libido saya makin meningkat.

Kemaluan saya terasa tegang sekali dan terasa sakit karena tertekan pantat Susy. Lalu saya rebahkan dia di sofa sambil tetap menciumi seluruh wajahnya. Lalu saya jilati payudaranya sebelah kanan.
“Maass Bimoo..” Susy berteriak keenakan.
Saya jilati putingnya dan saya hisap dengan keras.
“Aahh.. oouhh.. terruuss oohh.. enaakk.”
Nampak putingnya semakin memerah. Lalu gantian putingnya yang sebelah kiri saya hisap. Seperti bayi yang kehausan, saya menyedotputingnya semakin keras. Susy makin menggelinjang dan berteriak-teriak. Tangan kiri saya lalu mulai meraba pahanya, saya buka pahanya, terus tangan saya meraba-raba ke atas dan ke arah selangkangannya. Jari saya menyentuh kemaluannya di atas celana dalam yang sudah basah. Awalnya dia bilang
“Oouhh Maass jangaann..” tetapi kemuidan,
“Oouughh Maass terruuss..” Saya masukkan jari tangan saya ke mulut Susy, lalu dihisapnya jari saya dengan penuh nafsu.
“Mmmhh..” mulut saya terus tiada henti menghisap-hisap puting payudaranya secara bergantian.

Tangan saya terus menekan-nekan kemaluan Susy. Sambil saya hisap, tangan kanan meremas-remas payudaranya, sedangkan tangan kiri,saya masukkan jari telunjuk ke sela-sela celana dalamnya.
“Maass.. oohh.. janggaan oughh.. mmhh..” Susy terus mendesah-desah.
Tangannya meremas-remas sofa. Setelah puas meremas-remas payudaranya, saya pegang dan saya tuntun tangannya untuk memegang kemaluan saya yang sudah tegang di balik celana panjang. Tanggan Susy diam saja di atas celana saya, lalu tangannya saya dekap di kemaluan saya. Lama-kelamaan Susy mulai meremas-remas sendiri kemaluan saya.
“Oohh Sus.. enak Sus.. terus Sus..” walaupun kaku mengelusnya tetapi terasa nikmat sekali. Jari tangan kiri saya pun terus meraba kemaluannya, terasa bulu-bulu halus dan masih jarang. Jari tangan saya tepat berada di atas vaginanya yang sudah sangat basah, saya tekan tangan saya dan jari telunjuk saya masukkan perlahan-lahan untuk mencari clitorisnya.

Tubuh Susy semakin menggelinjang, pantatnya naik turun.
“Maass, jangan Maas.. Susy ngga kuat Maass.. ooughh.. aahh”
Saya tahu Susy akan mendekati klimak sebab tangannya mencengkeram erat kemaluan saya.
“Maass.. aahh..” tiba-tiba tubuh Susy mengejang hebat, tubuhnya bergetar kuat, tanda dia telah mencapai klimak.
Tubuhnya langsung lemas tidak berdaya, matanya terpejam. Saya kecup bibirnya dengan lembut, lalu matanya perlahan terbuka.
“Mas.. Susy sayang kamu.”
“Saya juga sayang kamu Sus”

Saya kecup lagi bibirnya dan dia pun membalas sambil tersenyum. Saya lihat di payudaranya terdapat beberapa tanda merah bekas saya hisap.
“Ihh.. Mas nakal, tete Susy dibikin merah..” dibiarkannya dadanya terlihat dengan bebas tanpa ditutupi.
“Habis tete kamu montok dan gemesin sih.. besar lagi.” kataku sambil mengusap wajahnya yang berkeringat.
“Mas, kok anunya ngga keluar cairan kaya di film tadi sih..?” tanyanya tiba-tiba.
Rupanya dia benar-benar belum mengenal seks. Kebetulan nih untuk melanjutkan jurus yang kedua.
“Kamu pengen punyaku keluar air mani?” tanyaku.
“Iya, Susy pengen lihat, kayak apa sih?”
Tanpa pikir panjang, langsung saja saya buka celana panjang dan CD saya. Langsung saja kejantanan saya keluar dengan tegaknya. Ukuran punya saya lumayan besar, besar dan panjang sekitar 18 cm. Susy langsung terbelalak matanya melihat senjata saya yang ingin menagih kenikmatan yang ditunggu-tunggu.

“Ya ampun Mas.. besar banget punya Mas..”
Saya raih tangan Susy dan saya suruh dia meraba dan mengocoknya. Tampak Susy agak gugup dan gemetar karena baru sekali melihat langsung dan memegang burung laki-laki.
“Aah.. Sus enak banget, terus Sus.. ahh..”
Lama kelamaan Susy terbiasa dan merasa pintar mengocoknya. Saya remas-remas payudaranya.
“Mas, ahh.. Susy masih lemas.. ahh..”
“Sus, cium dong punyaku” pinta saya.
Langsung saja dia menciumi batang kejantanan saya, mungkin dia belajar dari film tadi.
“Terus Sus, emut Sus biar keluar aahh.. kamu pintar Sus.. emut Sus..” pinta saya lagi.
“Ngga mau, Susy ngeri, lagian ngga cukup di mulut Susy”
Posisi Susy duduk di sofa, sedangkan saya berdiri menghadap Susy. Saya remas buah dada Susy,
“Ahh Maass..”

Ketika dia membuka mulutnya, langsung saja saya masukkan batang kemaluan saya ke mulutnya dan saya keluar masukkan batang kejantanan saya.
“Mmmhh.. mmhh..” Susy sepertinya kaget, tetapi saya tidak peduli, justru Susy yang sekarang menyedot batang kejantanan saya.
“Aaahh.. Sus kamu pintar sus.. terus ah.. enaak..”
Saya yang juga baru pertama kali berbuat seperti itu, sebenarnya sudah ingin keluar, tetapi sekuat tenaga saya coba tahan. Susy rupanya sudah lupa diri, dia semakin bernafsu mengulum dan menyedot batang kemaluan saya, sedangkan kedua tangannya memegang pantat saya.

Cepat sekali dia belajar. Saya membungkuk dan kedua tangan meremas paha Susy, lalu saya buka kedua belah pahanya, Susy mengerti lalu merenggangkan pahanya sambil mengangkat pahanya. Segera saya buka resleting roknya dan saya angkat roknya sehingga nampak CD yang berwarna putih. Tangan kanan saya segera meraba dan menekan-nekan belahan vaginanya yang tertutup CD, sudah basah. Novelseks.org

“Mmhh.. mmhh..” Susy menggelinjang dan terus mengulum-ngulum, tampak mulutnya yang kecil mungil agak kesusahan. Saya buka baju seragam dan BH-nya, dia melepas kulumannya dan saya rebahkan tubuhnya di sofa panjang. Saya tarik roknya ke bawah sehingga tinggal CD-nya yang tersisa, lalu saya membuka baju sehingga saya telanjang bulat alias bugil. Mata Susy terpejam, segera saya lumat bibirnya dan dia pun membalas. Tangannya kirinya tetap memegang batang kejantanan saya dan tangan kanannya meremas-remas pundak saya. Sedangkan tangan kanan saya membelai-belai rambutnya dan tangan kiri tetap meraba CD Susy yang sudah sangat basah. Saya masukkan tangan ke dalam CD-nya, terus turun ke bawah tepat di belahan vaginanya, lalu jari-jari saya bermain-main di belahan vaginanya yang sudah banjir.

“Aaahh Maass.. oughh.. ohh..” dia terus menggelinjang. Pantatnya naik-turun mengikuti gerakan tangan. Mulut dan tangan kanan saya langsung mengisap dan meremas-remas tetenya.
“Aaahh Maass.. teruuss.. aahhgghh..” desahnya.
Tangan Susy meremas-remas burung saya yang sudah tegang segera ingin masuk ke sarangya Susy. Segera saya buka celana dalamnya. Dan mulut saya mulai turun ke bawah mencium perutnya dan perlahan-lahan saya ciumi bulu-bulu halus dan vaginanya. Tangan Susy meremas-remas rambut saya. Saya buka belahan vaginanya dan nampak kelentitnya yang mungil berwarna merah. Segera saya jilat dan hisap kelentitnya.

“Aaagghh Maass oouhh.. oughh..” kepala Susy mendongak dan bergerak ke kiri dan ke kanan merasakan kenikmatan yang luar biasa yang baru sekali dialaminya, begitu juga dengan saya. Saya sedot liang vaginanya yang masih perawan dan berwarna merah.
“Oouhh.. Mass, Susy ngga kuat mass.. oohh.. aahh..” tiba-tiba tubuh Susy bergetar hebat, pantatnya bergerak ke atas dan bergetar keras.
“Aaahh..” Susy mencapai klimak yang kedua kalinya.
Saya hisap semua cairan yang keluar dari lubang vaginanya. Kemudian tubuhnya kembali lemas, matanya terpejam. Segera saya buka pahanya lebar-lebar dan arahkan batang kejantanan saya tepat di liang vaginanya. Susy merasakan sesuatu yang menekan kemaluannya. Matanya terbuka sayu dan lemas.

“Mas.. jangan maass, Susy masih perawan.” katanya tetapi pahanya tetap terbuka lebar.
“Katanya Susy pengen ngelihat punya Mas keluar cairan.”
“Iya, tetapi Susy ngga pernah beginian, Susy ngeri dan takut sakit..”
“Jangan kuatir, Mas pasti pelan-pelan.”
Segera saya basahi batang kemaluan saya dengan ludah, setelah itu saya arahkan ke lubang vaginanya, setelah pas, perlahan-lahan saya tekan masuk, sempit sekali rasanya.
“Achh Mass sakit..” tampak wajahnya menahan sakit
“Pelan-pelan Mas, sakit!” segera berhenti aksi saya mendengar keluhannya. Setelah dia mulai tenang, saya tekan sekali lagi.

“Akhh.. Maass.. pelan-pelan.” tangannya memegang sofa dengan kuat.
“Tenang Sus, jangan tegang, nanti juga enak.”
Kemudian saya lumat bibir Susy, dan dia pun membalas, segera saya tekan lagi sekuat tenaga. Saya mencoba sekali lagi, lalu melenceng keluar. Tidak putus asa, saya coba lagi.
“Achh.. Mass Bimo, sakit!”
Saya tidak peduli dengan teriakannya, dengan lebih agak keras saya tekan kemaluan saya dan, “Bless..” torpedo besar saya masuk setengah, terasa ada yang robek di lubang kemaluannya.

kepala Susy mendongak ke atas menahan sakit, Saya diamkan beberapa saat, lalu saya tekan lagi dan masuklah semua batang kejantanan saya ke sarang Susy.
“Achh Mas.. sakiitt.. pelan-pelan Mas.” saya berhenti sebentar, lalu saya coba masukkan lagi. Semakin dia berteriak, semakin bertambah nafsu saya. Lalu saya tekan sekuat tenaga dan masuklah semua senjata keperkasaan saya. Saya keluarkan pelan-pelan dan saya masukkan lagi dan seterusnya.
“Ahh.. ahh.. Mass sakit.. teruuss ahh.. mmhh..”
Kepalanya bergerak ke kiri dan ke kanan. Rupanya dia mulai terangsang lagi. Semakin lama, saya percepat goyangan. Tangan saya meremas-meremas payudaranya.
“Ohh Sus.. kamu cantiik Sus..”

“Mass, teruss Mass, akhh.. Susy ngga kuat Mass.. aghh..” pantatnya ikut naik turun mengikuti irama pantat saya yang naik turun. Saya merasakan nikmat yang tiada tara. Terasa ada sesuatu yang kuat ingin keluar dari alat vital saya, rupanya saya akan segera klimaks.
“Maass.. oougghh Mass, Susy ngga tahaan.. oughh Mas Bimoo.. aahh!” Susy berteriak histeris sambil tubuhnya bergetar dan pada saat yang bersamaan keluarlah air mani saya menyembur dengan deras ke dalam vagina Susy.
“Ooughh Sus saya keluaarr, oohh.. creet.. crreet.. creett..” sperma saya mengalir dengan kencang, tubuh saya bergetar dan berguncang hebat.
Tangan Susy mencengkeram erat pundak saya dan saya mendekap erat tubuh Susy yang putih mulus. Setelah itu kami berdua langsung lemas. Terasa ada sesuatu yang menarik-narik dan menjepit batang kejantanan saya. Terasa hangat batang kemaluan saya. Banyak sekali cairan yang keluar.

Mata Susy terpejam merasakan kenikmatan yang ketiga kalinya. Tubuhnya benar-benar tidak berdaya dan pasrah. Tubuh kami tetap berpelukan dan kejantanan saya tetap di dalam kemaluannya. Saya ciumi bibir dan seluruh wajahnya. Setelah itu saya lepas tubuhnya dan dari lihat batang saya dan vaginanya ada cairan darah perawan yang menetes di bibir vagina dan sofa. Sesaat kemudian, nampak Susy menitikkan air mata.
“Mas.. kenapa kita melakukan ini, Susy sudah tidak perawan lagi..” dia terus mengeluarkan air mata. Saya terdiam, dalam hati menyesal, mengapa saya sampai lupa diri dan betapa teganya telah menodai seorang gadis yang bukan milik saya. Saya seka air matanya sambil mencoba menenangkannya.
“Maafkan saya Sus, saya lupa diri, saya akan mempertanggung-jawabkan perbuatan saya Sus.”
“Mas, peluk Susy Mas..” segera saya peluk dia dan cium keningnya. Dia pun memeluk saya dengan eratnya. Tubuh kami masih bugil,

“Susy sayang Mas bimo”
“Saya juga sayang kamu” jawab saya.

Setelah itu dia tersenyum, tetapi air matanya tetap mengalir, saya seka air matanya. Setelah puas saling berpelukan, kami segera memakai pakaian. Bercak darah Susy mengenai sofa atasan saya. Saya ambil sapu tangan dan mengelap hingga bersih.


“Mas, Susy mohon jangan ceritakan ini pada siapa-siapa!”
“Saya ngga akan cerita pada siapa-siapa, ini adalah rahasia kita berdua.”
Setelah semua rapih, kami kembali berpelukan. Setelah itu kami keluar dari ruangan bos. Tidak begitu lama, teman-temannya masuk dan mengajaknya pulang.

Besok paginya, Susy datang duluan dan ketika saya masuk,
“Selamat pagi Mas” dia memberi salam. Ah, senyumnya manis sekali,
“Selamat pagi sayang”
Saya hampiri dia dan kecup keningnya lalu bibirnya. Dia membalas ciuman tadi. Ah, indah sekali hari ini.

Susy masih PKL 2 minggu lagi. Perbuatan kami kemarin bukan membuat kami insyaf, kami berdua melakukan lagi di ruangan bos, di meja, di kursi, di balik pintu, dengan posisi berdiri atau doggie style, seperti yang pernah kami lihat di film BF. Terkadang Susy saya suruh membolos dan janjian di hotel. Kami sering melakukannya dari pagi hingga sore. Ternyata Susy orang yang hiperseks dan gampang terangsang. Benar-benar kenikmatan yang tiada tara, kami tidak pernah menyesali. Setelah 2 minggu berlalu, mereka telah selesai PKL, hubungan kami tetap berlanjut hingga akhirnya, dia di jodohkan oleh orang tuanya.


Saturday, November 18, 2017

ML Dengan Seorang Dokter

Zoya69 -  Kisah ini terjadi beberapa tahun yang lalu. Sudah lebih dari 5 tahun usia perkimpoianku dengan Hendra, tapi belum juga menghasilkan momongan, setelah mencari informasi ke teman teman akhirnya aku mendapat rekomendasi dokter kandungan bagus yang berpraktek di kawasan elit Jakarta.


Setelah membuat appointment, aku dan suamiku sudah berada di ruang tunggu dokter Andri, pasien yang menunggu sudah banyak, dan ternyata kami mendapat nomer terakhir tepat sebelum ditutup pendaftarannya

Pukul 21:00 dipanggillah namaku oleh suster, aku masuk ke ruangan dokter Andri sendirian, sementara suamiku harus menunggu di ruang tunggu, konsultasi dilakukan di ruang praktek sendiri.

Betapa terkejut dan shock aku dibuatnya karena tanpa diduga ternyata dokter Andri adalah mantan pacarku dulu sewaktu SMA di sebuah kota kecil di Jawa Timur, kami memang bersahabat karena tiap kali pulang selalu bersamaan karena jalan ke rumahnya melewati rumahku, hingga akhirnya kami berpacaran saat dia kelas 3 menjelang ujian akhir, dia adalah kakak kelasku satu tahun di atas, sebagai jagoan basket tentu banyak teman wanitaku yang mencoba menarik perhatiannya, tapi ternyata pilihan jatuh kepadaku.

Hubungan kami tidak berlangsung lama karena setelah seleai SMA dia harus kuliah di Jakarta sementara aku ternyata sudah dijodohkan orang tuaku dengan seorang Insinyur yang mengerjakan proyek di dekat tempat tinggalku, dan setahun kemudian kimpoilah aku dengan Hendra saat usiaku masih ingin menikmati masa muda dan remajaku.

“Lily !!!” teriak dokter Andri
“Andri !!!” teriakku bersamaan tak kalah terkejutnya.

Ternyata penampilan kami tidak banyak berubah meskipun sudah berpisah lebih dari sepuluh tahun, Andri yang aku kenal masih seperti yang dulu, tapi terlihat lebih dewasa, sehingga tidak ada rasa asing diantara kami.

“Ly, gimana kabarmu selama ini, kemana aja kamu” Tanya Andri

Aku malu karena akulah yang meninggalkan dia untuk kimpoi dengan Hendra, meskipun itu bukan kemauanku dan aku tetap mencintainya sebagai cinta pertamaku.


Aku diam saja dan menunduk malu karena merasa bersalah dan sepertinya dia tahu perasaanku.

“Sudahlah Ly, semuanya sudah berlalu dan kini kita masing masing punya kehidupan sendiri sendiri” kata Andri, terdengar nada kepedihan di perkataannya.

“Oke sekarang apa masalahmu ?” Tanya Andri sudah berganti menjadi dokter Andri.

Kemudian aku menjelaskan permasalahanku yang tak juga kunjung punya anak, malu juga sebenarnya menceritakan ini kepada bekas pacar yang kutinggalkan.

Lalu dia melakukan sedikit Tanya jawab mengenai seputar kehidupan dan sesekali menyerampet ke masalah sex yang cukup sensitive, tapi itu kuanggap sebagai bagian dari tugas dia.

“oke, silahkan berbaring, biar aku periksa” kata dokter Andri

Aku menuruti saja perkataanya, kemudian dokter Andri mulai memeriksa tubuhku, bisa kurasakan tangannya gemetar ketika memeriksa kondisi tubuhku, sepertinya ada rasa nervous pada dokter Andri begitu juga aku, mungkin dia tahu degup jantungku yang berdetak tak normal ketika stetoskop di tempelkan di dadaku. Sepertinya kami berdua merasa canggung.

Dokter Andri memintaku melepas celana dalamku karena dia mau USG, dengan gemetar aku memenuhi permintaanya dan posisi kakiku mekangkang di tempat yang sudah disediakan. Posisi dokter Andri tepat diselangkanganku yang sudah tidak tertutup, aku yakin sekali dia bisa melihat alat kewanitaanku dengan jelas, entah apa yang ada dipikiran dia aku nggak tahu, kemudian dia memasukkan alatnya USG ke vaginaku, dan tampaklah di layar monitor alat itu gambaran rahimku. Setelah melakukan diagnosa, selesailah USG dan dia memintaku kembali duduk tempat duduk semula, lalu menjelaskan diagnosanya terhadap rahimku dan beberapa tindakan yang harus dilakukan.

Selesailah acara konsultasi dengan dokter Andri, aku beranjak dari kursi dan menjabat tangan dokter Andri, aku tak punya kekuatan ketika dokter Andri mencium pipi kananku bahkan ketika ciumannya berpindah kekiripun aku tetap tiada kekuatan untuk menolaknya, bahkan seperti diluar kendaliku, tanganku segera meraih kepala Andri dan kucium bibirnya dan dia memberi respond dengan mengulum bibirku, cukup lama kami berciuman melepas rindu yang sudah lama terpendam dan tak sempat berkembang. Setelah kami tersadar, Andri melepas ciumannya, aku sebenarnya ingin lebih lama lagi bersama dia, napasku sudah memburu tak karuan, tapi dia sudah memanggil suster yang di luar.

“aku ingin kenalan dengan suamimu, kalau kamu nggak keberatan kupanggil dia masuk sekarang” katanya
“Sus, tolong panggil suami Nyonya ini masuk” perinyahnya pada suster.

Aku diam saja mengatur napas ketika susternya masuk. Kemudian Hendra masuk ke ruang konsultasi dan duduk di sebelahku, kuremas tangannya untuk menenangkan diriku sendiri, karena aku tak tahu apa yang dimaui Andri.

“Pak Hendra, sepertinya istri anda perlu pemeriksaan lebih lanjut, kalau anda tidak keberatan aku akan melakukan beberapa test, perlu waktu mungkin sekitar 30 – 45 menit mungkin lebih, atau Senin minggu depan supaya waktunya lebih lama”

Suamiku diam saja lalu melihat ke arahku, aku Cuma menganggukkan kepala karena masih bingung dengan apa maunya dokter Andri.

“baiklah dok, daripada minggu depan antri lagi, sekarang saja dok udah tanggung” jawab suamiku pasrah.

“oke silahkan tunggu diluar ” kata Andri sambil mempersilahkan suamiku keluar.

Begitu pintu ruang konsultasi di tutup, Andri menghampiriku.

“not bad, pantesan kamu mau meninggalkan aku demi dia” katanya sambil tangannya menarikku ke pelukannya, dan kami kembali berdiri berciuman.

Tangannya berpindah ke pantatku dan menyingkap rokku, meremas pantatku yang telanjang karena aku memang belum mengenakan kembali celana dalamku, karena nervous.
Ciuman kami begitu bernafsu, maklum kangen berat, bibir Andri sudah turun ke leherku, tak mau kalah kupeluk dia erat erat saat Andre mengelus dan meraba raba pentatku, nafasku berpacu dengan nafsu.

Antara kesadaran sebagai seorang istri dan rasa kangen serta ingin menebus kesalahan masa lalu saling muncul silih berganti, tapi akhirnya menghilang saat dokter Andri mulai membuka resluiting bajuku dan dipelorotkan ke bawah. Aku kembali memeluknya ketika tinggal bra ungu yang menutupi bagian intim tubuhku. kubuka celananya hingga melorot kebawah dan tanganku langsung menuju ke penisnya yang masih tertutup celana dalam, kurasakan ketegangan dan keras seperti batu, agak malu juga aku telanjang di depan dia tanpa sehelai benangpun menempel di tubuhku, baru kali ini aku dalam posisi seperti ini selain dengan suamiku. Andri langsung menyerbu kedua bukit di dadaku yang masih tertutup bra sutera, diciuminya kedua bukit itu dengan gemas, sesaat kemudian bra-ku tak bertahan lagi di tubuhku.

“kamu ternyata makin montok saja, dan buah dadamu makin indah dan terawat dibanding dulu, makin matang dan lebih sexy” katanya sambil memandangi tubuhku yang sudah telanjang dan langsung membenamkan kepalanya di antara kedua belah bukit di dadaku.

Meskipun pacaran kami tak lama, tapi karena kami sudah berteman sejak lama, maka pada masa pacaran kami sudah pernah saling meraba dan melihat, hanya sebatas itu, paling banter peting.

Andri sudah mendaratkan lidahnya ke puncak bukitku, dia mempermainkan lidahnya di putingku, secara bergantian dari kiri ke kanan dan seterusnya sambil tangannya meremas remas dengan penuh gairah seakan tak ingin kehilangan diriku lagi.

Kurasakan kenikmatan yang tak terkira, gairah sexualku mulai naik, aku hanya bisa menggelinjang, kugigit bibirku karena tidak bisa mendesah dan menjerit dalam kenikmatan, takut ketahuan.

Andri mendudukkanku di meja prakteknya, dengan hati hati disingkirkannya peralatan kerjanya ke kursi samping supaya tak menumbilkan curiga pada suster maupun suamiku yang menunggu di luar. Kakiku dipentangkan lebar seperti saat konsultasi tadi, tapi kali ini kepala Andri langsung menuju ke selangkanganku, dibenamkannya kepalanya diantara kedua pahaku, ternyata Andri mempermainkan vaginaku dengan lidahnya. Kuremas rambutnya sebagai pelambiasan karena aku tidak bisa melampiaskan dengan menjerit atau mendesah seperti biasa kulakukan. Napasku sudah berpacu dengan birahiku, dengan indahnya Andri mempermainkan irama jilatannya di daerah yang benar benar peka, sepertinya dia sangat menguasai peta anatomi daerah erotica vaginaku, dan aku dibuatnya melayang layang menuju puncak kenikmatan, jilatannya sungguh teratur, halus tidak kasar tetapi memberikan kenikmatan yang tiada tara, permainan di daerah klitoris maupun kombinasi permainan lidah dan kocokan jari tangannya terlalu berlebihan kenikmatannya.

Hampir saja aku menjerit kalau saja Andri tidak segera menghentikan permainan lidahnya.

“please Ndri, jangan goda aku, sekarang please” desahku pelan takut terdengar suamiku yang menunggu di luar, entah dia dengar atau tidak.

Mengerti akan permintaanku, Andri mengakhiri permainan lidahnya, dia berdiri didepanku, mengamati aku yang lagi terbakar birahi.

“kamu makin cantik dan mempesona apalagi kalau lagi bernafsu seperti ini” katanya sambil melepas baju dan celananya, tangannya mengatur penisnya ke vaginaku.

Kami kembali berciuman, tanganku memegang penisnya dan mengocoknya.

“sepertinya lebih besar daripada dulu” bisikku sambil meremas remas penisnya.

Dia hanya tersenyum ketika kubimbing penis itu ke vaginaku yang sudah basah, kusapukan sejenak ke bibir vaginaku, ternyata Andri tidak mau menunggu terlalu lama, dia langsung mendorong masuk penisnya ke vaginaku yang sudah basah, gerakannya perlahan tapi makin lama makin masuk ke dalam, hingga semua batang penis Andri terbenam ke vaginaku didiamkannya sejenak.

Ini adalah penis kedua yang menikmati hangatnya vaginaku selain suamiku, karena aku memang tidak pernah berselingkuh dengan laki laki lain. Sebenarnya ukuran penis Andri boleh dibilang sama dengan punya Hendra, tapi karena bentuknya berbeda, maka aku merasakan sensasi yang berbeda antara Andri dan suamiku.

“pelan pelan, ndri” bisikku

“lebih dari sepuluh tahun aku mendambakan saat saat seperti ini” jawabnya sambil memandangku penuh kemesraan.

Andri menarik keluar secara perlahan dan kembali memasukkan secara perlahan pula dan makin lama makin cepat, tapi halus dan tidak liar. Sungguh indah permainan Andri, dengan penuh perasaan dan penuh kenikmatan, dia mengocok vaginaku dengan penisnya tangannya meraba dan meremas buah dadaku.

Aku telentang di meja, diangkatnya kakiku ke pundaknya, tangannya meremas kedua buah dadaku, gerakannya tetap teratur seakan dia menikmati setiap gesekan dan gerakan dari tubuhku, pandangan matanya tak pernah lepas dari mataku sungguh menghanyutkan pandangannya. Dirabanya seluruh tubuhku seolah tak mau terlewatkan sejengkalpun dari jamahannya.

“terlalu lama aku merindukan seperti ini, selama hampir tiga tahun pertama sejak perkimpoianmu aku membayangkan saat seperti ini” katanya tanpa menghentikan gerakannya

“Ndri, please jangan ungkit itu lagi” kataku pelan disela sela kenikmatan

Andri lalu membalikkan tubuhku, kini aku tengkurap di meja kerjanya, dengan perlahan Andri kembali memasukkan vaginaku, kali ini dari belakang. Kembali aku merasakan kenikmatan yang datang silih berganti antara sodokan, elusan dan ciuman di punggung serta remasan di dadaku, aku merasakan bercinta dengan seorang good lover yang romantis, yang tahu kapan saatnya untuk berbuat apa, dia sepertinya tahu persis yang bisa membuatku melambung ke awan kenikmatan birahi, kurasakan kocokan yang penuh kemesraan dan perasaan. Lalu Andri menarik tanganku, kini aku setengah berdiri dengan tanganku dipegangi dari belakang sama Andri, dikocoknya dengan tiada henti, ingin rasanya teriak atau mendesah merasakan kenikmatan ini, tapi suamiku masih menunggu diluar sementara Andri mengaocokku dari belakang makin lama makin keras, iramanya kini berubah liar dan tidak beraturan, meskipun agak kaget dengan perubahan iramanya tapi aku menikmati juga variasi ini.


Kini aku dihadapkan ke di tembok, tanganku tertumpu pada tembok menahan tubuhku, kaki kanankudiangkat Andri dan dia mengocokku dengan keras dan cepat, mungkin suamiku menunggu di balik tembok ini aku tak tahu, tapi aku tahu pasti kalau suamiku masih di luar sana dan aku yakin sekali dia akan segera tahu kalau aku teriak atau mendesah dalam kenikmatan.
Kutengok ke belakang, wajah Andri tersenyum penuh kemenangan, kemenangan karena dia bisa mempermainkan aku sementara aku hanya bisa menahan desah kenikmatan.
“kamu gila Ndri” ucapku pelan dan hanya dibalas senyum dan hentakan di vaginaku. Aku merasakan kenikmatan yang tak bisa kugambarkan, suatu kenikmatan yang bercampur ketegangan suatu petualangan yang nyerempet bahaya tapi benar benar kunikmati.

Tiba tiba pintu kamar di ketok.
“sebentar sus” teriak Andri sedikit panik

“kita masuk tempat periksa, bawa bajumu” perintahnya, dan kami berdua masuk tempat periksa dan menutup gordennya.

Bukannya berhenti, Andri malah kembali mendorongku hingga aku berdiri membungkuk dan bersandarkan kursi, tanpa mempedulikan protesku dia kembali melesakkan penisnya ke vaginaku.

“gila kamu” protesku

“masuk sus” katanya sebagai jawaban sambil terus menyodokku dengan keras, aku hanya menggigit bibirku menahan kenikmatan ini.

“dok, sudah jam sepuluh lebih, kalau dokter tidak memerlukan saya lagi, saya permisi pulang dulu ya” kata suster dari luar gordin

“oke sus, sampai besok, tolong panggilkan Pak Hendra kesini” jawab Andri tanpa menghentikan kocokannya

“apa apaan ini” protesku kembali dengan pelan setelah kudengar pintu ditutup suster

“tenang saja, percayalah aku takkan terjadi apa apa” katanya dan kocokannya makin keras disertai remasan yang kuat pada buah dadaku yang menggantung sesekali diselingi tarikan pada rambutku, kugigit bibirku kuat kuat ketika kudengar pintu kembali dibuka.

“ya dok, sudah selesai ?” kudengar suara suamiku dibalik gordin

“Pak Hendra, mohon tunggu sebentar lagi ya, mungkin 15 menit lagi, sudah hampir selesai koq” jawab Andri tenang, tak setenang kocokannya di vaginaku, aku menggigit jariku menahan desah napasku, tegang dan nikmat bercampur menjadi suatu petualangan yang tak pernah kubayangkan sebelumnya.

Aku bercinta dengan mantan pacarku sementara suamiku hanya terpisah selembar kain gordin diluar sana, aku merasakan ketegangan yang hebat, tapi diluar dugaanku justru menambah erotis dan sensasi dari dalam diriku.

“iya pa, nggak tahu dokter Andri, maunya macam macam nih” jawabku terbawa emosi erotis sambil meremas sandaran kursi menahan desah karena kocokan Andri.

“nggak apa Pak Hendra, ini sudah biasa koq, dari pada nggak kelar” kembali Andri menimpali sambil meremas kedua buah dadaku dengan makin keras, aku hampir menjerit kalau tak ingat suamiku diluar sana, kupelototi dia sebagai protes tapi dia tersenyum saja.

“oke dok, nggak usah terburu buru, diselesaikan saja dok, yang penting hasilnya, ma papa tunggu diluar ya, jangan pikirin aku diluar, ikuti saja kata dokter Andri” jawab suamiku dari balik gordin, lalu kudengar pintu tertutup.

“tuh kan suamimu sendiri bilang nggak usah terburu buru, jangan pikirin dia suruh ikutin kataku ” kata Andri menggoda, kocokannya makin cepat seakan menumpahkan segala rindu dan dendam yang terpendam bertahun tahun.

Kini aku ditelantangkan di tempat tidur pasien, tubuhnya lalu naik di atasku, kini kami telanjang dan kembali berpelukan dan berciuman di ruang prakteknya, untuk kesekian kalinya dia memasukkan penisnya ke vaginaku terus mengocoknya, karena tempat tidur berbunyi ketika digoyang, Andri pindah ke kursi, ditariknya tubuhku kepangkuannya.

Aku segera mengatur posisiku dipangkuannya, sesuai “petunjuk” suamiku untuk mengikuti kata Andri. Kini ganti aku yang mengocok Andri, posisi ini adalah favouritku. Tanpa menunggu lebih lama lagi, segera kugoyang dan kuputar pantatku hingga terasa vaginaku diaduk aduk Andri. Tak mau kalah, Andri meremas buah dadaku dan mengulum kedua putingku dengan sedotan yang kuat, aku tak bisa bertahan lebih lama lagi, maka sampailah ke puncak kenikmatan tertinggi, orgasme pertama yang kualami selain dengan suamiku. Kugigit keras jariku untuk menahan jeritan orgasmeku supaya tak terdengar dari tempat suamiku menunggu.

“udah Ndri, keluarin please” pintaku setelah mengalami orgasme
“kan suamimu bilang nggak usah buru buru” goda Andri

Tak tahan dipermainkan lebih lama, dengan sisa tenaga yang ada, aku goyang makin liar dan cepat, Andri membenamkan kepalanya di antara buah dadaku, sepertinya dia sudah tak tahan lagi, makin keras sedotan di putingku.

“aku mau keluar, di dalam ya Ly” pintanya
“gila kalau hamil gimana” protesku

“berarti terapinya sukses” jawabnya sambil kembali meremas dan menyedot putingku, aku ingin berdiri melepaskan pelukan Andri tapi terlambat ketika kurasakan denyutan dan semprotan yang keras dari penis Andre mengenai sisi dalam vaginaku, terasa begitu keras denyutan itu hingga aku terhanyut dan mengalami orgasme untuk kedua kalinya dengan Andri.

Aku terkulai lemas, kusandarkan kepalaku dipundak Andri, dia membelaiku dengan penuh kasih sayang, terhanyut aku dalam belaiannya dan pangkuannya, tubuh kami menyatu dan kurasakan degup jantung Andri, keringat kami saling menempel menyatu dalam kenikmatan, sesaat aku melupakan kalau suamiku menunggu dengan setia di luar ruangan.

Beberapa saat kemudian kami tersadar dan segera berbenah, kukenakan kembali pakaianku dan merapikan make up di wajahku, setelah dirasa semua sudah aman, Andre memanggil suamiku untuk masuk.

“Pak Hendra, istri anda memang hebat, dia bisa tahan lama dengan kondisi seperti ini” kata dokter Andri sambil melirik ke arahku

Aku hanya senyum senyum saja mendengar perkataannya, tapi tidak dengan suamiku.

“maksud dokter ?”

“ada sedikit kelainan pada rahim istri anda, dengan kondisi seperti ini kalau capek atau kondisi tertekan dia akan sangat kesakitan” jelasnya, kemudian dia menjelaskan dengan bahasa kedokteran yang bagi kami berdua tidak mengerti sama sekali, tapi aku iyakan saja.

“saya akan melakukan therapy dua kali seminggu kalau bisa senin disini dan kamis di tempat praktek saya di rumah supaya bisa lebih lama” jelas Andri sambil melirikku kembali

“saya sudah melakukan terapi awal, sementara ini harap jangan berhubungan dulu selama satu minggu, setelah satu minggu datang lagi ke sini akan saya beri terapi dan obat untuk bisa berhubungan besoknya” lanjut Andri kembali melirikku pertanda dia merencanakan sesuatu.

“saya ikut apa kata dokter saja, mana yang terbaik bagi istriku terbaik pula bagi kami” jawab suamiku

“oke Pak Hendra, bu Hendra, kita sudah sepakat, sampai senin di tempat praktek saya di rumah, harap reservasi dulu senin pagi supaya tidak terlalu lama menunggu” kata Andri sambil menyerahkan kartu namanya ke suamiku.

Selama percakapan ini, kurasakan sperma Andri menetes keluar dari vaginaku, entah berapa banyak yang tertampung di celana dalamku.

Akhirnya kami pergi ketika lonceng pukul 11 malam berbunyi, berarti aku sudah bersama Andri paling tidak selama dua jam, dan lebih dari satu jam melakukan sex dengan dia, Andri mengantar kami hingga pintu, sebelum meningalkan kami, dia masih sempat meremas pantatku.

“jangan lupa senin untuk reservasi dulu” katanya terus menghilang dibalik pintu. Ketika suamiku mengurus pembayaran, aku ke toilet untuk membersihkan sisa sperma Andri yang menetes di pahaku.

“Dokter Andri orangnya masih muda, ganteng lagi, pantesan banyak pasangan muda yang menjadi pasiennya” kata suamiku ketika dalam perjalanan pulang

“cara dia menangani pasien begitu tenang, cool gitu, sehingga kita seperti berhadapan dengan seorang teman bukan seorang dokter” jawabku

“Senin aku antar lagi deh, lebih sore biar tidak terlalu malam dan terapi-nya tidak terburu buru” tambah suamiku tanpa prasangka

Hari Senin setelah reservasi pagi hari, aku ternyata mendapat nomer terakhir lagi, diminta datang pukul 7 malam di tempat praktek Andri.

Tempatnya di lingkungan perumahan yang elit dan asri, suasananya begitu nyaman untuk tempat tinggal, ternyata Andre membuka praktek di paviliun samping rumahnya yang gandeng dengan rumah utama.

Pukul 6:30 malam aku dan suami sudah sampai di tempat praktek, ada 2 pasien yang menunggu di situ, rata rata masih muda, seusia kami.

Setelah menunggu lebih dari satu jam dan tidak ada pasien lainnya lagi, akhirnya suster cantik itu memanggil kami masuk.

Di depan kami berdua Andri begitu berwibawa seperti layaknya seorang dokter.

“bagaimana Pak Hendra, apa anda mengikuti petunjuk saya untuk tidak berhubungan paling tidak hingga Kamis depan ?” Tanya dokter Andri

“ya bagaimana lagi dok, kalau ingin berhasil kita ikutin anjuran dokter saja” jawab suamiku seperti pasrah, sebenarnya nggak tega juga aku melihat expresi wajahnya.

“kali ini mungkin tidak selama yang pertama, paling lama satu jam, Pak Hendra boleh tunggu di sini atau di luar” kata Andri

“saya tunggu di luar, tempatnya sejuk dan asri, boleh saya Tanya dok ?” kata suamiku

“silahkan”
“kenapa suami tidak boleh menemani istri untuk konsultasi”

“banyak alasan, pertama, biar tidak terlalu banyak pasien kalau suaminya tidak setuju, sebagai upaya pembatasan pasien secara halus, kalau nggak gitu bisa tiap hari saya selesai praktek jam 12 malam. Kedua, saya tentu akan merasa canggung bila memeriksa si istri sementara sang suami melototi kerja saya. Ketiga belum saatnya, setelah periksa istri dan ternyata tidak ada masalah maka mungkin masalahnya ada di suami, baru saya akan periksa suaminya, itulah metode pengobatan saya” jawab Andri

“oke dok, aku tunggu di luar saja” kata suamiku langsung keluar meninggalkan aku berdua dengan Andri.

Sepeninggal suamiku, Andri langsung menarikku di pangkuannya, kami berciuman mesra, tangannya langsung meraba ke dadaku diremasnya dengan penuh gairah. Aku mulai mendesis pelan ketika ciumannya sampai di leherku.

“jangan mendesah disini sayang, ntar suamimu dengar” bisiknya, dia sudah berani bilang sayang seperti dulu kala.
“bagaimana dengan suster diluar” tanyaku
“kenapa ” dia tak berani masuk kalau tidak aku panggil”

Tangan Andri dengan terampil membuka resliting di belakang hingga rok-ku langsung melorot ke pingggang, aku sengaja pakai pakaian rok terusan yang simple supaya mudah “dilucuti”, aku membalasnya dengan membuka bajunya dan melemparnya ke meja.

Aku kemudian berdiri, dengan sendirinya rok-ku melorot ke lantai, kini aku hanya mengenakan bra hitam berenda setelan dengan celana dalamku, aku memang berusaha tampil sexy dan menggoda di depan Andri, dan ternyata berhasil, dia memandang dengan seksama ke arahku, menikmati setiap lekuk kemolekan dan keindahan tubuhku.

“kamu sungguh cantik dan sexy” komentarnya, sambil berdiri melepas celananya.

Aku memutar tubuhku seperti layaknya seorang model pakaian dalam, kemudian memulai gerakan erotic seperti penari streaptease, Andri duduk kembali di kursi menikmati tarian erotic-ku sambil meremas remas penisnya yang mulai menonjol dari balik celana dalam biru-nya.

Sesekali kugoda dia dengan menempelkan buah dadaku di wajahnya lalu menariknya kembali. Perlahan kulorotkan kedua tali bra-ku lalu diikuti melepas bra dari tubuhku dan kulemparkan ke wajah Andri, tampaklah buah dada kebanggaanku menggantung indah menantang terpampang di depannya.

Andri menelan ludah, dia berusaha menarikku ke pelukannya tapi aku menghindar menggoda, semakin dia terbakar birahi semakin baik bagiku, aku ingin menggodanya. Sensasi dan rasa erotis di diriku makin naik mengingat bahwa kini aku sedang menari streaptease di depan Andri yang hampir telanjang sementara suamiku menunggu di luar dan istri Andri ada di ruangan sebelah bersama anaknya, sungguh permainan ketegangan yang menggairahkan.

Andri sepertinya makin terbakar birahinya, kini dia sudah melepas celana dalamnya dan meremas remas penis-nya sambil menikmati tarian erotisku.

Celana dalam satu satunya penutup tubuhku masih menempel indah, tapi Andri sepertinya sudah tidak tahan lagi dengan dorongan birahinya, dia lalu berjongkok di depanku, kakiku kananku dinaikkan ke kursi, dari celah celana dalam dia mulai mencium dan menjilati vaginaku yang sudah basah karena begitu terangsang menikmati sensasi ini.

Permainan lidah Andri tak terlalu lama, dia lalu menarik turun celana dalamku hingga kami sama sama telanjang. Andri meneruskan pekerjaannya, jilatan lidahnya menyusuri pangkal paha hingga bibir vaginaku. Klitoris adalah bagian yang paling mendapatkan perhatian khusus dari Andri, cukup lama dia memainkan lidahnya di klitorisku dengan berbagai macam gerakan lidah, entah jurus apa yang dia pakai hingga aku hanya bisa menggigit bibir bawahku menahan desah. Kuremas rambutnya dan kudorong lebih dalam ke vaginaku.

Aku duduk di kursi dokter, kepala Andri kembali menempel di selangkanganku, dia sungguh menikmati permainan ini begitu juga aku, permainan lidahnya sungguh jauh lebih lebih nikmat dibanding dengan suamiku, mungkin dia melakukan dengan menggunakan teori.

Desah tertahan sungguh merupakan siksaan tersendiri bagiku, tapi tidak bagi Andri, dia menikmati siksaanku ini, dia menyukai expresi wajahku ketika menahan desah kenikmatan, apalagi saat orgasme.

Setelah puas menikmati vaginaku, Andri lalu berlutut di depanku dan mengatur posisinya sebelum memasukkan penisnya ke vaginaku. Aku nggak mau melakukan terlalu cepat, kuminta Andri berdiri berganti posisi, dia duduk di kursi, kini aku berlutut di depannya, kuciumi penisnya, dengan gerakan menggoda, kujilati kantung bolanya, kupermainkan lidahku di batang dan ujung kepala penisnya sebelum memasukkan penisnya kemulutku. Akhirnya hampir semua batang penisnya masuk dalam mulutku, dengan sliding aku mulai mempermainkan dia, kini dia mendesah tertahan karena takut ketahuan, baik oleh istrinya maupun suamiku di luar sana.

Sepertinya dia hampir tak tahan, lalu tubuhku dibopongnya menuju kamar sebelah yang sambung ke ruang praktek dia. Kamar itu tidak terlalu luas, dengan ranjang yang cukup besar dan bersih, dindingnya di hiasi cermin seukuran ranjang.

“kamar apaan ini ?” tanyaku masih dalam gendongannya

“untuk pasien kalau perlu periksa sperma, ntar juga kamu akan tahu dan mengalami” jelasnya

“kamu boleh teriak sepuasnya, karena terlalu jauh dan tak akan terdengar oleh suamimu dari ruang tunggu pasien, kamar ini dirancang kedap suara” lanjutnya

“bagaimana dengan istri dan anakmu ?” tanyaku

“ada di dalam mungkin sedang nonton TV sama anakku, dia baru berumur 2 tahun” Andri merebahkuan tubuhku di ranjang, dengan mesra dan penuh gairah dia menciumi kedua buah dadaku sambil menindih tubuhku.

“ssssssshhhhh?”.. aagghhhh” aku sudah berani mendesis meski perlahan sebagai pelampiasan atas kenikmatan yang aku alami.

“Ndri, fuck me please nooooowwwwww” pintaku sambil mengocok penis Andri

Tanpa membuang waktu lebih lama, Andri segera memasukkan penisnya yang sudah sekeras batu ke vaginaku yang sudah basah, dengan tiada kesulitan yang berarti melesaklah penis itu ke vaginaku, masuk semua tanpa tersisa. Meskipun sudah pernah sekali melakukan dengan Andri, masih saja kurasakan perasaan asing di vaginaku, karena bentuknya yang berbeda dengan suamiku.

Kupeluk erat tubuh Andri seolah tubuh kami menyatu dalam panasnya api birahi yang membara, sambil tetap berpelukan dan berciuman, Andri mengocokku dengan penuh perasaan, pantatnya turun naik di atas tubuhku, kunaikkan kakiku menjepit pinggulnya untuk memberikan jalan supaya bisa masuk lebih dalam.

“aaaaagghhhh”.. yaaa?” yesss”. trussss Ndri” desahku mulai agak keras, aku mulai menemukan irama permainanku mengimbangi goyangannya, kami bergulingan di atas ranjang sempit itu, terkadan aku di atas kadang dibawah.

Cukup lama kami dengan posisi ini, tak terasa kedua peluh sudah menetes campur menjadi satu, seperti menyatunya tubuh kami dalam lautan kenikmatan.

Memang asik bercinta dengan Andri, begitu penuh perasaan karena memang diantara kami bukan cuman nafsu yang berperan tapi api cinta masih belum padam sepenuhnya, dan sekaranglah saatnya menuntaskan cinta yang terpendam, bukan berarti aku tidak cinta sama suamiku tetapi rasa cinta dan nafsu kali ini sungguh berbeda.

Kami bercinta layaknya sepasang kekasih yang dilanda kangen berat, apalagi sudah tiga hari tidak berhubungan dengan suamiku. Dengan bebas dan tanpa beban aku bisa mengekspresikan kenikmatanku dalam desahan desahan dan jeritan ringan, apalagi ketika Andri mulai mengocok dengan cepat dan keras hingga ranjang ikut bergoyang keras.

Kuimbangi permainan irama Andri dengan menggerakkan tubuhku melawan gerakan Andri, kujepit tubuhnya dengan kedua kakiku yang mengapit di punggungnya sehingga pantatku ikut terangkat membuat Andri lebih dalam menanamkan penisnya di vaginaku. Kurengkuh sebanyak mungkin kenikmatan dari Andri sebanyak yang bisa dia berikan, Andri mengangkat tubuhnya hingga tertumpu pada lutut, kakiku dipentangkan membuat vaginaku terbuka lebat, kocokan Andri semakin cepat secepat degup jantung kami.

Dengan posisi seperti ini kami bisa saling memandang sambil bercinta, kuamati wajah dan tubuhnya yang bersimpuh peluh kenikmatan, wajah Andri menurutku jauh lebih tampan dibandingkan dulu, lebih matang.

Cukup lama kami bercinta dengan posisi ini, dia lalu telentang di sampingku, tanpa menunggu permintaannya, segera aku jongkok di atas penisnya, perlahan kuturunkan tubuhku sampai semua penis Andri masuk ke vaginaku semua.

Penis Andri terasa menyetuh dinding terdalam dari vaginaku, kunaikkan kembali tubuhku lalu kuturunkan begitu seterusnya hingga aku bisa mengocokkan penisnya ke vaginaku. Andri meraba dan meremas kedua buah dadaku sambil memainkan putingnya, membuat aku bertambah terbakar dalam birahi. Kurobah gerakanku menjadi berputar seperti orang ber hula-hop, vaginaku terasa seperti diaduk aduk penis Andri yang masih keras itu, sambil menggoyang pinggul kuraba dan kupermainkan kantong bolanya sehingga Andri kelojotan merem melek, matanya melotot ke arahku, pancaran kenikmatan kutangkap dari sorot matanya.

Aku melakukan variasi gerakan dengan posisi di atas aku yang pegang peranan, kombinasi antara hula hop lalu maju mundur kemudian naik turun kembali lagi ber hula hop membuat Andri seakan terbang tinggi dalam kenikmatan birahi, begitu juga aku, penis Andri sepertinya menjelajah ke seluruh pelosok ruang vaginaku. Ternyata Andri tak mau kalah, dia ikutan menggoyang pinggulnya melawan gerakanku, semakin cepat aku menurunkan tubuhku semakin cepat pula dia menaikkan pinggulnya hingga vaginaku tersodok dengan kerasnya begitu seterusnya. Tak teringat lagi apa yang dilakukan suamiku di luar ruangan ini yang masih setia menunggu istrinya sedang bercinta dengan mantan pacarnya.

“Ndri, aku mau keluar sayang” kataku tak tahan menghadapi perlawanannya

“jangan dulu sayang, tidak dalam posisi seperti ini” jawabnya sambil mengangkat tubuhnya hingga posisi duduk dan aku dalam pangkuannya.

Goyanganku semakin cepat, Andri sudah membenamkan kepalanya di antara kedua buah dadaku, mulutnya mempermainkan putingku secara bergantian, aku merasakan kenikmatan yang hebat antara kocokan di vagina dan kuluman maupun sedotan di putingku. Gerakanku makin cepat dan tidak beraturan antara hingga tak tertahankan lagi aku mencapai puncak kenikmatan yang indah.

“aaaaaaaaggghhhh?”. yessss?” yessss?” yessssssss” desahku dalam orgasme sambil meremas rambut Andri yang masih larut dalam keindahan permainan kami, sedotan di putingku makin kencang ketika orgasme kudapatkan hingga menambah kenikmatan yang tiada terbayangkan sebelumnya, tak lama kemudian maka lemaslah aku dalam pangkuannya. Andri membelaiku dengan mesra, meski aku tahu dia belum mengalami orgasme, tapi dia tetap tenang, aku masih dalam pangkuannya, dielusnya punggungku sementara kepalaku sudah terkulai di pundaknya.

Penis Andri di vaginaku masih menegang, aku merasa kasihan juga, tapi badanku lemes sehabis orgasme setelah tiga hari tanpa sex. Dia menyuruhku berbaring di sebelahnya, kemudian digulingkannya tubuhku hingga aku tengkurap, lalu Andri naik di atasku, dipeluknya aku dari atas lalu dia bergeser di antara kakiku yang dipentangkan. Ditariknya pantatku sedikit ke atas hingga aku agak nungging, kembali dia melesakkan penisnya ke vaginaku dan dengan cepatnya mulai mengocok.

Tangannya mengelus punggungku lalu tubuhnya tengkurap di atas tubuhku, dia mengocokku dari belakang dengan posisi seperti ini, belum pernah aku melakukan sebelumnya dengan suamiku, ini pengalaman pertamaku, gairahku mulai naik kembali merasakan sensasi kenikmatan yang baru, tapi dengan posisi seperti ini aku tidak bisa melakukan apa apa kecuali hanya pasrah menerima kenikmatan yang dia berikan. Menyadari kepasrahanku, Andri makin menjadi jadi mengocokku, dihentakkannya pinggangnya ke arah pantatku hingga penisnya menghantam dinding vaginaku dengan kerasnya sambil dia menciumi tengkuk, pungak dan telingaku, yang kadang kadang dikulumnya.

“aaaaauuugghhhhh?”eeeehhhhhh?”..emmmmhhhh” hanya desah itulah yang bisa kulakukan. Entah gaya apa yang dimainkan ini, yang jelas bukan doggie, mungkin gaya kura-kura kali, tapi who cares, yang penting aku mendapatkan pelajaran dan kenikmatan baru dari dia.

Tak lama kemudian kurasakan denyutan keras dari penis Andri menghantam dinding vaginaku dengan kerasnya, semprotan demi semprotan kunikmati dengan perasaan yang lain, begitu kerasnya denyutan itu hingga mengantarku mencapai orgasme yang kedua kalinya hingga kali ini aku benar benar lemas tak bertenaga. Andri terkulai diatas punggungku setelah menyemprotkan spermanya di vaginaku, kemudian dia berguling berbaring di sebelahku.

“Ternyata kamu lebih hebat dari yang aku bayangkan selama ini” komentarnya setelah selesai menyetubuhiku lebih setengah jam.

“Tak kusangka bercinta dengan kamu bisa senikmat ini” lanjutnya.

“Kamu orang kedua setelah suamiku, dan aku benar benar menikmati saat saat seperti ini” jawabku

“beruntunglah aku” Andri menimpali sambil tangannya mengelus punggungku

“aku juga beruntung bisa mendapat kesempatan seperti ini, bisa merasakan dua penis yang berbeda dengan permainan yang berbeda pula” kataku sambil meremas penisnya yang mulai melemas.

“kenapa tidak kamu bandingkan saja perbedaannya sekarang, percaya deh sensasinya pasti berbeda?”

“maksudmu ?” kataku nggak ngerti

“sekarang kamu main dengan suamimu disini, kalau mau, aku yang akan mengatur, serahkan padaku” usulnya

“kamu gila Ndri, setelah aku dengan kamu, lalu kamu minta aku dengan suamiku, mana aku bisa aku lakukanitu, lagian aku juga sudah capek”

“yang penting kamu mau nggak “, soal lainnya serahkan aku, percaya deh pasti kamu akan berterima kasih setelah ini” jelas Andri meyakinkanku.

Timbul rasa ingin mencoba, tapi ragu ragu juga, kupikir kembali untung ruginya, sepertinya untung saja nggak ada ruginya bagiku. Aku terdiam karena malu untuk menjawab.

“oke kamu berpakaian seperti biasa, kupanggil suamimu masuk, trust me” katanya lalu kami berpakaian seperti layaknya.

“baik, tapi beri aku waktu sebentar untuk memulihkan tenagaku” pintaku.

Setelah beristirahat sebentar, kami kembali ke ruang prakteknya dan dia memanggil suster untuk mempersilahkan suamiku masuk. “Pak Hendra, saya sudah memeriksa anatomi tubuh istri anda, hasilnya dalam beberapa hari lagi, sekarang saya ingin melihat bagaimana pengaruh sperma anda pada bu Hendra” kata Andri ketika aku dan suamiku menghadapnya sebagai seorang dokter.

“maksud dokter” kata suamiku nggak ngerti

“saya ingin anda berhubungan, sekarang, di sini, setelah itu saya periksa lagi kondisi rahim istri anda setelah berhubungan” jelasnya lagi

“sekarang ” di sini dok ?” suamiku bengong

“ya sekarang, tentu saja tidak disini, maksud saya di kamar sebelah, jangan kuatir pak, nanti anda akan tahu sendiri, oke aku siapkan dulu” katanya lalu dia beranjak dari kursinya dan menuju ke kamar sebelah, mungkin merapikan sprei yang acak acakan habis kami pakai tadi.

“silahkan, santai saja, jangan tegang, kalau ada masalah di dalam ada intercom yang bisa menghubungi saya” katanya setelah keluar dari kamar sebelah sambil mempersilahkan kami masuk.

Untuk kedua kalinya kumasuki kamar itu, tapi kali ini dengan orang lain, yaitu suamiku sendiri, ternyata ranjang sudah rapi.

Agak canggung juga suamiku memulainya, maka aku ambil inisiatif, tanpa membuka baju kulepas celana dalamku, ternyata sperma Andri banyak tumpah di situ maka aku ke toilet untuk membersihkan vaginaku dari sperma Andri, aku nggak mau suamiku curiga pada cairan di vaginaku. Kulihat dia ragu ragu melepas celananya, aku langsung berlutut di depannya dan langsung ku kulum penisnya untuk membangkitkan gairah sexualnya.

Andri benar, kurasakan sensasi yang berbeda dibandingkan tadi. Tidak terlalu lama membuat penis suamiku menegang karena sudah tiga hari kami tidak bercinta. Kurebahkan suamiku di ranjang lalu kuteruskan mengulum penisnya, ingin rasanya kumasukkan langsung ke vaginaku untuk merasakan perbedaan kenikmatan yang dijanjikan Andri. Tapi tiba tiba pintu diketuk dari luar, kami kaget sesaat, karena posisiku di atas dan aku masih memakai pakaian meski tanpa celana dalam, maka aku buka pintunya, ternyata dokter Andri.
“maaf mengganggu, aku lupa pesan kalau bu Hendra harus di bawah, jangan di atas” kata dokter Andri dengan sorot mata yang nakal, kembali kututup pintu kamar sambil ngedumel, sialan, batinku.

Tanpa melepas bajuku karena khawatir ketahuan ada bau badan lain yang masih menempel di tubuhku, aku langsung berbaring di sebelah suamiku, kami berciuman sebentar lalu suamiku mengatur posisinya di antara kakiku, kupegang penisnya dan kubimbing ke vaginaku setelah menyingkapkan rok ku hingga ke perut, kuusap usapkan di bibir vagina hingga kembali menegang, lalu didorongnya perlahan hingga masuk secara pelan pelan sampai semua tertanam di dalam, dia diam sebentar. Sekali lagi Andri benar, aku merasakan kenikmatan yang berbeda saat penisnya mulai mengocok vaginaku. Meski irama kocokannya tak seindah Andri, tapi kenikmatan yang kuperoleh boleh dibilang setara, tiap irama kocokan maupun bentuk penis mempunyai kenikmatan yang berbeda, baru sekarang aku bisa bilang seperti itu, tak pernah aku membayangkan menikmati sensasi seperti ini.
Kunaikkan kakiku ke pundaknya supaya suamiku bisa mengocok lebih dalam, aku tidak berani menjerit takut ketahuan, suamiku meremas buah dadaku dari luar sambil mengocok dengan keras. Karena sudah tiga hari tidak berhubungan, maka tidak sampai sepuluh menit suamiku sudah orgasme, dia menyemprotkan spermanya di vaginaku dengan kerasnya seakan memenuhi vaginaku, jauh lebih banyak dari punya Andri tadi, denyutannya begitu keras tapi tak bisa membuatku orgasme dalam waktu sesingkat itu. Setelah tidak ada lagi semprotannya, suamiku terkulai di atas tubuhku, kembali aku merasakan aroma tubuh yang berbeda di antara keduanya, kuelus punggungnya dan dia mencium keningku, lalu kami berbenah diri kemudian keluar kamar, tak kudapati dokter Andri di situ.
Kamipun menunggu di ruangannya, tak lama kemudian dia muncul.
“Oke tolong ibu kembali ke kamar tadi aku perlu berbincang dengan Pak Hendra dulu sebelum memeriksa Ibu” kata Andri sambil mempersilahkan aku kembali ke kamar.
Entah apa yang dibicarakan kedua laki laki itu di luar karena aku harus masuk kamar itu untuk ketiga kalinya, entah kali ini dengan yang mana lagi.
Sambil menunggu orang berikutnya yang masuk kamar, aku merenung tentang apa yang barusan terjadi, dalam tempo kurang dari 2 jam, aku sudah bercinta dengan dua orang yang aku cintai secara berurutan, suatu pengalaman yang tak akan terlupakan meskipun yang terakhir dengan suamiku tak sempat mengalami orgasme, sebenarnya ingin melanjutkan lagi untuk menuntaskan berahi yang tak tertuntaskan.
Aku sempat melamun kalau seandainya bercinta dengan mereka berdua sekaligus, seperti yang pernah aku lihat di film biru betapa indah dan nikmatnya, tapi segera kutepis khayalan itu karena suamiku sudah pasti akan keberatan kalau harus berbagi istri dengan orang lain. Ternyata orang berikutnya yang masuk seperti dugaanku adalah Andri. Bacaan sex top: Cerita Ngentot Terpanas Dengan Gadis Gadis Kampus

“gimana Ly, kamu harus berterima kasih atau mengumpatku ?” tanyanya menggoda

“tak kusangka begitu nikmat, begitu erotis” kataku sambil memeluknya pertanda terima kasih.

“kalau melihat begitu cepat, pasti kamu belum orgasme” tanyanya berlagak bodoh

Tanpa menjawab dan tanpa malu malu aku langsung membelakangi Andri membungkukkan badan dan menyingkapkan rok-ku hingga tampaklah pantatku yang putih mulus.

“beri aku sekali lagi Ndri agar tuntas” pintaku.

Dengan segera dia membuka resliting celananya dan tanpa melepas celana dikeluarkannya penisnya yang sudah menegang kembali. Pinggangku dipegangnya dan dengan sekali dorong untuk kedua kalinya aku menikmati penisnya hari itu. Kali ini aku tak berani teriak karena tak tahu dimana posisi suamiku, terdengar kecipuk cairan sperma suamiku yang masih di vaginaku ketika Andri mengocokku, tapi sepertinya dia tidak peduli. Kembali kurasakan perbedaan sensasi dan kenikmatan dari Andri dan suamiku, karena memang birahiku sudah tinggi, tak lama kemudian akupun mendapatkan orgasme untuk kesekian kalinya dari Andri, tanpa dia mengalami orgasme lalu Andri memasukkan kembali penisnya ke celananya.

“Aku sudah memeriksa alat reproduksi suamimu, penisnya gede juga sih pasti kamu puas dengan punya suamimu, Cuma karena agak membengkok ke kiri mungkin sedikit berpengaruh pada semprotannya dan karena gede dan panjang aku perkirakan berpengaruh pada rahimmu ketika dia mengocok dengan keras” katanya setelah merapikan celananya.

Kamipun kembali ke ruang praktek, suamiku menunggu di sana, setelah memberi obat penyubur dan obat lainnya kamipun berpamitan pulang ketika jam sudah menunjukkan 10 malam.

Pengobatan kami berlanjut terus setiap Senin Kamis dengan cara “therapy” yang sama, yaitu gantian antara suamiku dan Andri sambil dia melakukan therapy yang sebenarnya pada kami dan suamiku.

Lebih dari setahun kami melakukan konsultasi dengan dokter Andri ketika akhirnya kami memutuskan untuk beralih ke dokter lain karena tidak ada tanda-tanda kehamilan.

Antara kecewa dan bersukur karena kalau sampai hamil aku tentu bingung siapakah ayah dari anakku, suamiku atau Andri. Meski begitu aku masih berhubungan dengan Andri diluar praktek dia sebagai pelampiasan cinta yang terputus.

Itulah awal bagaimana aku akhirnya berpetualang dengan banyak laki laki dan pada akhirnya suamiku juga terbawa petualanganku untuk melakukan hubungan sex secara terbuka maupun beramai ramai.